Sifat dan karakter seseorang tergantung manusia lain bersikap kepadanya, people just want feedback.
Happy reading!
Gina, atau tepatnya nenek Astra sedang menatap cucu semata wayangnya dengan tatapan penuh selidik.
“Kenapa kamu selalu membuat masalah, Astra?” tanya nenek Astra dengan nada yang berubah menjadi lembut.
Bukannya tenang Astra semakin takut, neneknya ini jika marah nada suaranya tidak seperti orang marah pada umumnya, neneknya akan berubah menjadi lembut dan bertanya dengan halus, membuat Astra memejamkan matanya dengan raut wajah yang sulit dijelaskan.
Jika bisa memilih Astra lebih pilih Dipukuli dan dimarahi langsung.
“Aku gak buat masalah, nek.” ucap Astra
“Lalu kenapa, kamu di hukum sampai tiga kali?”
Astra mengangkat kepalanya ia menatap neneknya yang juga sedang menatapnya “melanggar, terlambat masuk kelas dan berdebat dengan Ibu Naya.” jelas Astra.
“Kamu ini perempuan Astra! berpenampilan seperti anak perempuan lainnya, kamu pakai seragam berantakan ini, pantas saja di hukum!” decak Gina
“Kamu harusnya menuruni sifat Mama mu yang calm.” gumam nenek Astra dengan pelan.
Astra mengerutkan keningnya kala mendengar dengan samar-samar neneknya bergumam.
“Apa nek...? Mama?” tanya Astra membuat Gina tersentak yang langsung menatapnya dengan lembut.
“Tidak ada, kamu salah dengar.” ucap nenek Astra lalu berniat pergi.
“Nenek! Selama 17 tahun aku baru dengar nenek mengatakan kata Mama.” ucap Astra membuat Gina, neneknya, memejamkan matanya menahan sesuatu agar tidak terungkap.
Gina menatap cucunya dengan sendu, belum saatnya Astra mengetahui semuanya, Gina tidak ingin mempersulit keadaan.
“Kenapa? Kamu kan memang punya Mama, tapi Mama kamu udah gak ada!” tegas Gina lalu melangkah ke arah kamarnya.
Astra menatap ke depan dengan tatapan kosong, neneknya selalu saja mengatakan hal yang menyakitkan hati Astra jika itu menyangkut orang tuanya.
Astra juga anak remaja pada umumnya yang membutuhkan peran orang tua dalam hidupnya namun Astra menjadi bagian dari orang yang tidak beruntung dalam keluarga.
Dari bayi hingga sekarang Astra tidak pernah tahu bagaimana rupa orangtuanya, foto pun saja tidak ada.
Meskipun peran orang tua di gantikan oleh Gina, neneknya. Tetap saja rasanya beda.
Astra tidak mengerti ini semua.
“Gue emang gak pernah tau orang tua gue, tapi kenapa kalo nyangkut mereka rasanya sesak, sakit banget.” ujar Astra lalu menutup pintu kamarnya.
Astra bersandar di pintu kamarnya, badannya luruh kebawah ia memeluk kedua lututnya, menatap kosong ke depan.
Tidak, Astra tidak pernah menangis ia hanya diam dengan tatapan penuh tanya dan raut wajah yang datar.