Saling memaafkan itu lebih baik, setiap hal yang tidak baik cukup dijadikan sebagai pelajaran.
“Gue bahagia banget Astra!” pekik Lyra yang saat ini berada di kamar Astra.
Astra yang sedari tadi membaca novel, sambil mendengarkan cerita Lyra. Yang bercerita tentang kemarin bersama pacarnya itu. Hanya menjadi pendengar yang baik.
“Gak usah teriak-teriak juga kali.”
“Gak bisa! Gue lagi bahagia tau.”
“Terus, Ra, lo tau gak? Dia ngomong mau lamar gue kalo gue udah lulus SMA!”
“Jangan terlalu bahagia dulu,”
“Ish Astra!”
“Lyra. Gue gak mau kalo lo terlalu berharap dengan Laki-laki, kita gak tau hati mereka, bisa aja hari ini dia bilang iya, tapi gak tau kalau besok, ya kan?”
“Gue gak mau liat lo nangis karna cowok, Dafa memang cowok baik, dia sayang sama lo, satu persatu janjinya dia udah tepati.”
“Tapi lo harus tetap sewajarnya, oke?”
“Aaaa! Astraa, makasih udah ingetin gue hampir aja berharap lebih,”
“Lo tau kan gimana Dafa? Sering patahin harapan gue.” ucap Lyra.
“Maka dari itu, kita tidak boleh terlalu berharap dengan manusia”
“Jadi gimana lo sama Galaksi?”
“Gimana apanya?”
“Itu, kalian belum pacaran juga?”
“Yang mau pacaran sama Galaksi siapa, anjir!”
“Ya lo, Astagah kalian udah kayak orang pacaran tapi belum pacaran?”
“Gimana sih? Yakali Friendzone?!”
“Mana ada, orang biasa-biasa aja.”
Lyra memukul lengan Astra “terus yang di sekolah tadi itu apa?”
“Ke kantin bareng, bolos bareng, di hukum bareng, pokoknya hampir semua waktu lo di sekolah itu sama Galaksi!” ucap Lyra yang ingat betul.
“Kebetulan doang.”
Pintu kamar Astra terbuka, menampilkan Neneknya yang sedang berdiri “Astra, ada teman kamu di luar.”