Apa jadinya jika pengabdi ketenangan berpacaran dengan pemuja keramaian?
Dua sisi yang saling bertentangan kini bertabrakan, hancur dan berantakan. Puing-puingnya masih ada, berserakan di mana-mana. Hampir saja melukai banyak orang yang melintas di...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"I didn't even know what it means to love someone."
(´・(oo)・`)
Rayyan bersenandung pelan dengan sebelah tangan terus menggosok-gosok badan motor sport kesayangan. Menyiram penuh ketenangan tanpa membiarkan sedikit pun noda tertinggal. Fokus membersihkan hingga mencapai pada sudut-sudut paling sulit dijangkau.
"Woi!" pekik Helen membuat Rayyan terperanjat lantas mengumpat.
Laki-laki dengan t-shirtpink pasta berpadu cargo shorts berwarna beige itu melirik sinis, lalu melempar kepala Helen menggunakan kanebo kering yang terletak di samping.
"Assalamualaikum, kek! Wai-woi-wai-woi!" protesnya tidak terima, berlanjut dengan mengusap-usap dada.
Alih-alih menghiraukan, Helen malah dengan santai menggigit apel merah usai merobek plastik parsel yang ia bawa. "Gue kristen."
"Mualaf sih, elah!" celetuk Rayyan begitu mudah, membuat Helen mendelik seketika.
"Mau gue tabok?!"
"Maunya dicipok," sahut Rayyan sembari mengarahkan jari telunjuk ke bibir.
"Bangsat lo!" Helen menendang lipatan kaki Rayyan dari belakang, membuat lelaki itu hampir saja tersungkur bersama motor kesayangan.
"Sakit bego!" umpat Rayyan tak tertahan. "Gue santet baru tahu rasa lo!"
Helen memutar kedua bola mata begitu malas. "Nama doang Muhammad, kelakuan geh bejat! Potong kambing sono, ganti nama jadi Firaun!"
"Beliin gue kambing lima kandang, ntar gue ganti nama jadi Helena Sayang."
"Dih!" Helen mengangkat sudut bibir, jijik. "Dasar buaya rawa!"
Rayyan terkekeh geli mendengar segala caci yang diucapkan gadis satu ini. Di ujung gumaman emosi, Helen mengulurkan tangan guna memberikan parsel buah dengan isi sudah jelas berkurang. "Nih! Sebagai tetangga yang cantik dan baik hati, gue kasih makanan."
"Mana ada orang ngasih dicicip dulu?" tanya Rayyan terheran-heran. "Ogah gue nerimanya."
Helen menggeram, terlampau kesal berkepanjangan. "Banyak mau lo! Kalau dikasih tuh diambil! Gak boleh nolak rezeki!"
"Gue terima semua rezeki, kecuali dari lo."
"BAJINGAN!" Helen yang sudah tidak tahan langsung menarik daun telinga Rayyan, membuat lelaki itu meringis kesakitan.
Berkali-kali Rayyan memohon ampunan, namun sama sekali tak diindahkan. Helen tetap melancarkan aksinya tanpa mengalami kesulitan hingga membuat telinga Rayyan berwarna kemerahan.