(Tinggalkan jejak berupa vote dan komen)
"Just for once, I want someone to be afraid of loving me."
。:゚(;´∩';)゚:。
Malam semakin larut, Mua menutup gorden jendela dengan motif polkadot berwarna biru muda. Taburan bintang masih mendominasi suasana di luar rumah, mengantarkan rona-rona indah sebagai akhir dari lamunan yang terus mengarah kepada Rayyan, lengkap dibuahi kebimbangan.
Masih tercetak samar praduga Mua perihal hubungan spesial antara Rayyan dengan sang mantan, namun sikap yang ditunjukkan seolah menyatakan kebenaran. Manalagi, tadi Rayyan sampai meninggalkannya sendiri di tengah jalan, dan itu terasa sesak sekali.
Apa pun alasan Rayyan, jika itu menyangkut dengan mantan, maka Mua sama sekali tidak dapat mewajarkan. Sepertinya, kesalahan besar yang Mua ciptakan adalah mencintai Rayyan, laki-laki murahan yang semestinya ia hindari sedari awal tanpa membuka sedikit celah untuk diluluhkan.
Dengan raut lesu, Mua melepaskan cengkraman pada kain gorden yang mulai lusuh. Sesaknya masih tersemat sampai sekarang, dan kemungkinan akan menjelma sebagai luka periodik. Korelasi kepercayaan yang berusaha dibangun, tumbang secara keseluruhan, hilang tanpa bekas bahkan.
Dari self talk yang ia lakukan, gadis berkucir kuda itu sama sekali belum dapat menyimpulkan perihal bagaimana tujuan hubungannya dengan Rayyan. Tekadnya berniat untuk mengusaikan, namun batinnya terus berteriak jangan. Ini merupakan pertengkaran antara logika dan indra perasa. Benar kata mereka, Mua bodoh jika sudah mengenal cinta.
Cup.
Gadis itu terkanjat, matanya membeliak. Kedua tangan Sadam sudah melingkar di pinggang dengan bibir menempel di leher jenjang. Kesadarannya sempat terenggut selama beberapa detik, lantas memutar tubuh guna mendorong abangnya menjauh.
Mua mengusap-usap leher secara berulang, menatap Sadam penuh kebingungan. Sementara sorot gelap lelaki itu mulai beroperasi sembarang. Bau alkohol menguar memenuhi ruang. Detik itu juga, Mua merasa dirinya dalam bahaya. Pun pandangan Sadam bukan lagi dipenuhi kasih sayang, melainkan nafsu ingin menerkam.
"Bangh—" Mua berupaya keras untuk melepaskan pelukan Sadam dengan memberontak tidak keruan.
"Abang, sadar!" bentak Mua dalam rangka habis kesabaran.
"Gue sadar, Muara ...," sahutnya dengan nada lemah, tapi untuk melepaskan diri dari kungkungannya bukanlah hal yang mudah.
"Stop! Gue adek lo, Bang!" Mua mendorong wajah Sadam ketika bibir mereka hampir bersentuhan. Gadis itu memukul-mukul dada Sadam kala tangan kekarnya mulai meraba tubuh bagian belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUA-RAY
Ficção AdolescenteApa jadinya jika pengabdi ketenangan berpacaran dengan pemuja keramaian? Dua sisi yang saling bertentangan kini bertabrakan, hancur dan berantakan. Puing-puingnya masih ada, berserakan di mana-mana. Hampir saja melukai banyak orang yang melintas di...