28. Safe Flight, Mua!

118 17 0
                                    

(Jangan lupa vote dan komennya)


"Go where your dreams take you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Go where your dreams take you."

─⁠=⁠≡⁠Σ⁠(⁠╯⁠°⁠□⁠°⁠)⁠╯⁠︵⁠┻⁠┻

"Yan ... Bandara Soekarno-Hatta, sekarang!"

Saluran telepon mereka terputus akibat kesulitan sinyal. Sejak awal, perkataan gadis itu memang tidak jelas terdengar. Berkali-kali mencoba untuk mencerna dalam diam, namun tetap tak kesampaian. Bisingnya suara musik di luar kerap menghalau fokusnya sekarang. Rayyan menurunkan ponsel yang sedang menempel di telinga kanan dengan masih memandang gamang ke depan.

"Kenapa?" Telapak tangan Naufri mengusap punggung bidang Rayyan dari belakang, membuat lamunan lelaki itu berantakan. "Siapa yang telepon barusan?" tanyanya penasaran.

Bibir Rayyan terbuka, menciptakan celah untuk berbicara, namun belum sempat mengungkap sepatah kata, denting dari ponselnya langsung menyita atensi begitu saja. Seketika, ia mengabaikan Naufri beserta pertanyaan pengusik hati, membuat gadis itu kesal sendiri.

From: Rona
Kamu teu mau ketemu Mua?

Naufri dapat menangkap raut panik di wajah mantannya. Dengan segera, Rayyan mengangkat tangan kiri guna menilik arloji. Masih pukul 17. 36 WIB, dan acara pun dihentikan sementara untuk ISOMA.

"Gue pergi dulu," kata Rayyan. Tangannya menyambar jaket kulit tertanggal, kemudian bergegas berlarian keluar.

"Ray! Bentar lagi lo tampil!" pekik Naufri, mengingat lelaki itu akan menjadi penyambut pertama dari jeda istirahat mereka.

***

Seorang lelaki bertubuh tinggi dengan kulit putih bersih serta senyuman tersaji menggenggam tangan wanita tua yang tampak rentan dengan bibir tipis mengembang. Rambut ikal dipenuhi uban sengaja dipakaikan turban rajut berwarna mustard berhias tiga bunga mekar di bagian kanan, sehingga penampilannya terlihat lebih segar di tengah keramaian.

Mada terus mengusap-usap lembut permukaan kulit neneknya yang kering dan keriput. Senyumnya terenggut. Genggamannya tersirat rasa takut. Sorot matanya berkabut. Bukan lagi tentang ditinggal cucunya pergi ke sekolah, atau bahkan membeli aneka vitamin serta beberapa bungkus sup ayam di supermarket seberang rumah, tapi ini tentang kedua insan yang hendak membentang jarak begitu panjang, jauh melintasi banyak pulau, menjejakkan kaki di negara orang.

"Ratu paling cantik pantang menangis hanya karena pangeran kecilnya berkelana mengejar impian," tutur Mada menenangkan, berlanjut mengecup kening neneknya penuh kelembutan.

MUA-RAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang