Apa jadinya jika pengabdi ketenangan berpacaran dengan pemuja keramaian?
Dua sisi yang saling bertentangan kini bertabrakan, hancur dan berantakan. Puing-puingnya masih ada, berserakan di mana-mana. Hampir saja melukai banyak orang yang melintas di...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"And if we ever stopped talking, send me a song."
¯\_༼ᴼل͜ᴼ༽_/¯
Diam-diam aku memandangi wajahnya .... Tuhan kusayang sekali wanita ini ....
"Tuhan kusayang sekali wanita ini."
Lagu Bidadari Tak Bersayap mengalun merdu melalui tape mobil itu. Menemani perjalanan mereka yang tidak diketahui pasti arah tujuannya. Berkali-kali ekor mata Rayyan menangkap bayangan Mua yang terpantul melalui kaca jendela, gadis itu masih setia bungkam sejak awal ia mengajaknya jalan-jalan.
Berkat Lintang, kini Mua terjebak moment langka bersama Rayyan. Terlibat obrolan mendalam yang sebenarnya tidak ingin didengar. Jika saja Mua dapat memutar waktu, sudah pasti ia ingin menolak segala ajakan yang Rayyan ucap, membiarkan laki-laki itu melenggang tanpa memberikan sebuah genggaman yang terlanjur menenangkan.
Kali ini Mua akui bahwa Rayyan terlalu jago dalam hal meluluhkan, mungkin memang sudah bakatnya sejak masih di dalam kandungan. Kita tidak pernah tahu, kan?Pada intinya Rayyan merupakan manusia paling menyebalkan yang tak menutup kemungkinan untuk dirindukan.
"Gue gak mau maksa, tapi ... apa salahnya mencoba?" Kalimat yang dilontarkan Rayyan semakin membuat suasana hati Mua berantakan. "Perkara lo belum cinta itu gampang. Kita jalani dulu aja, nanti juga tumbuh dengan sendirinya."
Mua mengerjapkan mata. Bibirnya kelu seketika. Sementara Rayyan sudah tersenyum penuh makna tanpa sepengetahuannya. Ketika gadis itu menolehkan kepala, Rayyan spontan menaikkan sebelah alisnya. "Gimana?"
Belum ada sahutan yang diutarakan Mua. Segala tengkar yang ada di kepala semakin merajalela dan terus berputar-putar tanpa jeda. Saling singgung membentuk masalah baru, sukses merenggut kesadaran gadis itu.
Rayyan menghela pelan, kemudian bergumam panjang, hingga akhirnya, suara itu teredam berganti dengan kalimat yang sebelumnya tidak pernah Mua dengar. "Gue gak mau tahu kenapa lo bisa suka sama cowok judes itu. Tapi gue cuma mau bilang, kalau saat ini lo adalah pemenang. Lo satu-satunya cewek yang bisa buat gue terobsesi untuk terus menjaga. Lo cewek paling beda."
"Lo cuma penasaran doang sama gue. Setelah lo tahu lebih jauh, maka lo gak akan bertahan," elak Mua masih enggan percaya.
Bagi Mua, pekataan Rayyan sama halnya dengan kisi-kisi ujian akhir semester. Jelas dan tertata, namun berbeda jauh dengan soal yang hendak dikerjakan kemudian harinya. Laki-laki semacam itu memang pandai dalam merangkai kata. Tapi tidak sebanding dengan realita. Rayyan banyak modusnya. Kalimat ini pasti sudah pernah ia lontarkan pada seluruh jajaran gadis yang telah menyandang status sebagai mantan, yang sebelumnya pun pernah ia sayang-sayang dan diiming-imingi dengan kata-kata menjanjikan.