41. Penjajahan Tidak Berkesudahan

94 11 9
                                    

★Selamat membaca★
(Beri vote dan komen!)

★Selamat membaca★(Beri vote dan komen!)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"This must have been hard on you."

(⁠'⁠ε⁠`⁠ ⁠)

"Hai! Gue Muara Lathisfa Mandira, dan gue merupakan brand ambassador Ruangguru. Gue excited banget kepilih jadi brand ambassador Ruangguru. Ini adalah tanggung jawab untuk gue pribadi agar bisa membangun pendidikan di Indonesia bersama dengan teman-teman lainnya ...."

"Kebetulan mama gue adalah seorang guru. Gue bisa melihat betapa timpangnya akses dan kualitas pendidikan di Indonesia melalui sekolah yang mama ajar di daerah dengan sekolah yang berada di kota. Anak-anak di daerah seringkali tertinggal kalau dibanding dengan anak-anak di kota besar. Dengan adanya teknologi seperti yang dikembangkan oleh Ruangguru ini, gue berharap gap itu bisa semakin kecil."

"Di Ruangguru sendiri banyak banget video-video pelajaran yang diajar langsung oleh guru-guru terbaik di Indonesia. Terdapat juga latihan soal, try out, dan video-video belajar di Ruangguru nggak cuma ngajarin hafalan, tapi mereka mengajarkan konsep yang benar-benar membuat lo paham."

Sedang asik-asyiknya memandangi wajah ceria gadis di dalam layar komputer, tiba-tiba saja ponselnya bergetar menyuarakan alarm. Bergegas Mada mem-pause video dari kanal YouTube Ruangguru guna meniliknya, melihat panah merah yang sudah berkedip-kedip. Tandanya, yang dilacak berjarak lumayan jauh dari posisinya. Pusatnya berada di tepi lapangan bagian selatan.

"Lo ngelacak posisi Mua?" tanya Kalinggra yang sempat melirik layar ponselnya, sementara Carolyn dan Gerra masih ternganga-nganga tak habis pikir dengan tingkah temannya. "Lo obses sama dia?"

Mada yang sudah berdiri hendak meninggalkan lab komputer ini jadi mengurungkan niat. "Gue nggak obses. Gue cuma khawatir dia kenapa-napa."

"Nggak gini caranya. Itu namanya udah melanggar privasi." Kalinggra ikut berdiri.

"Muara di Bandung sendirian, dan kalau gue nggak memantau posisi dia, gue nggak pernah tahu apakah dia baik-baik aja."

"Jadi selama ini kemanapun Muara pergi selalu lo ikuti?" tanya Gerra mengintimidasi.

Mada sempat terdiam sebelum akhirnya mengangguk mantap. "Bahkan ketika dia lagi bersama pacarnya. Gue selalu pengin tahu dia di mana dan apa yang dia lakukan di sana."

Kalinggra baru menyadari bahwa cinta Mada lebih gila daripada Rayyan. Jika lelaki penebar rayuan gombal itu hanya mencari tahu tentang Mua melalui teman-temannya, kali ini Mada bergerak bersama teknologi pelacak posisi yang ia gunakan. Entah sejak kapan, tapi ungkapan Mada yang mengaku bahwa dirinya memang membuntuti Mua membuat lelaki itu terkesan tidak waras.

Kalinggra menyugar rambut ke belakang. "Kalau Mua tahu pasti dia bakal marah banget sama lo. Dia nggak suka orang lain menyelam terlalu dalam di kehidupannya."

MUA-RAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang