(Jangan lupa vote dan komennya)
"I've fallen in love with you, but you don't exist."
乁༼☯‿☯✿༽ㄏ
Gelanggang Olahraga Indoor.
Menjelang siang begini, Rayyan masih berlari-lari mengejar bola kaki. Energi lelaki itu terlihat full sekali. Semua bidang olahraga hampir ia kuasai. Kalau jadi Mua, sudah pasti ia tidak akan bisa. Berkomunikasi sebentar pada beberapa orang saja rasanya sangat melelahkan, apalagi harus banyak-banyak bergerak seperti Rayyan?
Mua memilih duduk di salah satu kursi diamond monoblock yang menempel langsung pada tribune. Memandang Rayyan dengan gerak cekatan. Sudut-sudut bibir Mua melengkung sempurna. Terdapat desiran aneh yang baru ia tegaskan walau sudah sering terasa. Dengan kaus futsal basah, Rayyan menyugar rambutnya. Memperlihatkan segala ketampanan dari setiap sudut terekam. Ya ... Mua sedang tidak mengada-ngada, Rayyan memang tampan luar biasa.
"YANG!" pekik Rayyan dari bawah.
Entah kapan tepatnya peluit dikumandangkan, pada intinya mereka semua sudah menyelesaikan latihan. Rayyan menaiki satu persatu anak tangga sembari menyampirkan tas hitam di bahunya. Posisi duduk Mua yang lumayan tinggi membuatnya langsung menyambut tas Rayyan kalau-kalau lelaki itu sudah kelelahan.
Eum ... ini cuma kasihan.
Rayyan bergegas mengambil botol minum yang disodorkan Mua, lantas berniat menengguknya.
"Kalau minum itu duduk, Yan. Biar gak mengganggu keseimbangan cairan." Rayyan menunda aktivitasnya sekarang, berlanjut memandang Mua yang tengah berbicara.
"Minum sambil berdiri bisa membuat air mengalir dengan tekanan dan menyebabkan tubuh kesulitan untuk menyerap nutrisi apa pun hingga memengaruhi kesehatan perut dalam jangka panjang. Sayang banget kalau udah susah payah jaga kesehatan dari luar, tapi yang rusak malah di dalam."
Rayyan tersenyum lebar, kemudian mengusap-usap kepala Mua penuh kegemasan. "Iya, Sayang," sahutnya sembari mendudukkan diri.
Mua sempat terdiam, tubuhnya sudah menegang kala melihat lelaki itu merogoh isi ransel dan menyodorkan uang terlalu berlebihan. "Buat lo."
"Gak deh," tolak Mua mentah-mentah. Bukannya apa, ia merasa sungkan kepada Rayyan sejak kemarin lelaki itu mengeluarkan sejumlah uang guna membantu Sharona membuat surat perizinan.
"Gak papa, ambil aja." Rayyan memaksa Mua agar mengambil uang yang ia bawa. "Lo nemenin gue manggung tuh udah ngorbanin waktu sama tenaga. Gue tahu energi lo kekuras habis seharian, dan gue juga tahu kalau lo pengin banget cepat-cepat pulang. Makanya, royalti gue kali ini bagi dua sama lo. Anggap aja nafkah gue buat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
MUA-RAY
Teen FictionApa jadinya jika pengabdi ketenangan berpacaran dengan pemuja keramaian? Dua sisi yang saling bertentangan kini bertabrakan, hancur dan berantakan. Puing-puingnya masih ada, berserakan di mana-mana. Hampir saja melukai banyak orang yang melintas di...