(Mari vote dan komen)
"I still hope it's you and me in the end."
⟵(o_O)
Bukan hanya kejadian tadi malam yang rupanya membutuhkan jawaban atas segala kebimbangan, namun hal ini jauh membuat Mua lebih penasaran. Kotak pos beserta surat-surat yang rutin diterima setiap awal bulan tanpa diketahui pasti siapa pengirim asli. Sadam terus-terusan bersembunyi di balik alibi yang membuatnya frustrasi sendiri.
Mua membuka pintu kamar secara perlahan, takut-takut kalau lelaki itu terbangun dari tidur pulasnya sekarang. Kali pertama yang menyapa indra penciuman adalah aroma alkohol yang memadati ruangan, menguar secara bersamaan, membuatnya tersengat lantas terbatuk-batuk pelan.
Tiga botol vodka yang tergeletak secara sembarang di atas ranjang serta serakan beling cukup menjelaskan bahwa Sadam telah mabuk semalam. Memang bukan pemandangan yang jarang, tapi Mua tidak bisa membiarkan abangnya semakin terperosok ke dalam jurang kesesatan.
Gadis itu menghela payah, kemudian kembali menutup pintu kamar Sadam dengan minim suara terdengar. Alih-alih membangunkan sang abang, Mua justru cepat-cepat melangkah ke luar guna menghampiri kotak pos yang sukses menggerayangi pikiran selama beberapa tahun ke belakang.
Sesampainya di sana, Mua langsung melancarkan aksi untuk membuka kotak pos pagi-pagi sekali. Matanya membeliak, dahinya menciptakan kerutan panjang, bibirnya menganga lebar. Kotak itu ... kosong?
Apakah Sadam sudah mengambilnya tadi malam? Apakah sang pengirim melupakan tanggal ketetapan? Atau jangan-jangan ada orang yang iseng mengambilnya tanpa seperizinan?
"Nyari apa?"
Suara berat sedikit serak berhasil membuyarkan analogi tentang ke mana surat itu pergi. Dunianya seolah berhenti berotasi. Mua segera menolehkan kepala pada seorang lelaki dengan wide-leg jeans berwarna pudar yang bergegas melalui gerbang hingga berhenti tepat di hadapannya.
"Hm?" tanya Sadam masih menuntut jawaban.
Mata sayunya masih memerah. Bibir pucatnya terlihat mengering dan pecah-pecah. Mulut serta hidungnya menghembuskan udara tidak enak yang paling Mua benci dari sosok laki-laki.
Sorot mereka bertemu, lantas beradu. Mua masih enggan menjawab, memandang Sadam sarat akan kekecewaan. Jika ia bisa menampar Sadam dan tak memikirkan akibat ke depan, ia pasti sudah melakukannya sekarang. Namun tetap, posisi Sadam sebagai abang membuatnya lemah dalam kungkungan.
"Enggak. Gue cuma mau nutup kotak pos yang tadi kebuka," kata Mua memberi alibi, berlanjut mendorong pintu minimalis di depan, namun tertahan dengan tangan kekar Sadam.
"Kebuka sendiri apa lo yang sengaja buka?"
Suasana hati tunai mengalami distraksi. Mua bahkan tak mampu menatap mata sang abang lagi. Kegelisahannya semakin menjadi-jadi. Pertanyaan Sadam ingin sekali ia abaikan, tapi terlanjur memberikan reaksi menggeleng-gelengkan kepala tanpa kesadaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUA-RAY
Teen FictionApa jadinya jika pengabdi ketenangan berpacaran dengan pemuja keramaian? Dua sisi yang saling bertentangan kini bertabrakan, hancur dan berantakan. Puing-puingnya masih ada, berserakan di mana-mana. Hampir saja melukai banyak orang yang melintas di...