(Jangan lupa untuk vote dan beri komen, ya!)
"People can't be trust. They say one thing and mind another."
ヽ༼⁰o⁰;༽ノ
Sulit sekali rasanya untuk percaya bahwa status mereka sudah berubah. Mua bahkan sempat lupa jika Rayyan merupakan pacarnya. Entah bagaimana cara mereka menyatukan perbedaan yang begitu signifikan, dengan segenap kepastian, kini mereka telah resmi berhubungan. Mua tidak mau menerka-nerka apa yang akan menghalangi mereka di depan sana, sebab tanpa diulas dengan kata-kata pun badainya terlihat jelas, yang suatu ketika akan menebas kesadaran dua insan sampai pada ruas-ruas terdalam.
Rayyan menarik tangan Mua guna melingkari pinggang. Memberikan sedikit kehangatan dari hembusan angin di tengah jalanan. Ingin menolak agar tidak tenggelam dalam perasaan, namun Rayyan terlalu enggan untuk melepaskan. Lelaki itu terus memacu kendaraan dengan jemari kiri mendekap punggung tangan Mua berupaya meminimalisir rasa panas dari sinar mentari siang yang terus-terusan menerjang.
"Gue pernah lihat lo kayak gini. Tapi kayaknya orang itu risi. Jadi anggap aja ini sebagai pengganti," kata Rayyan membuka percakapan, namun tidak ada balasan.
Mua masih terdiam. Pikirannya kembali berotasi pada peristiwa satu minggu ke belakang. Di mana itu mengarah kepada Lintang, seorang lelaki yang kelihatannya sangat enggan untuk dipegang bahkan walau hanya melalui ujung seragam, atau memang karena bukan Mua yang ia harapkan.
"You are rare, beautiful and incredible. Please adapt to our feelings. Don't let anyone spoil it."
Kalimat singkat yang Rayyan ucap sukses membuat sudut-sudut bibir Mua terangkat, menerbitkan seulas senyuman canggung yang belum juga rampung. Hatinya melambung, mengibaratkan perkataan Rayyan sebagai mantra tak berujung. Dan yang lebih sialnya lagi, diam-diam Rayyan telah memantaunya melalui spion sebelah kiri. Ketahuan sekali bahwa Mua telah termakan omongannya tadi.
Lelaki itu tersenyum lebar tanpa hambatan. Bahkan kini genggaman tangannya terasa gemetaran saking tidak bisa menahan rasa senang. Karena pada nyatanya, sekalipun tanpa mencekokkan minuman, Mua berhasil membuatnya mabuk kepayang. Melupakan jati diri sebagai laki-laki idaman, yang mana seharusnya menjaga citra di depan para wanita.
"Our togetherness is more beautiful than just falling in love."
Lagi, Rayyan kembali meluahkan kalimat penggelitik hati. Seolah-olah stok gombalan yang ia miliki telah tertata begitu rapi, khusus diungkapkan saat ini.
"I don't wanna promise love. But if I'm happy with you, I'll make sure you're the perfect man," balas Mua yang langsung membuat Rayyan oleng dalam membawa kendaraan, hampir saja menabrak truk kontainer di depan.
"Do you mean what you say?" tanya Rayyan berupaya menahan salah tingkah yang hadir tiba-tiba. Kedua pipinya terasa memanas entah mengapa. "Gue kaget," akunya sembari tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUA-RAY
Teen FictionApa jadinya jika pengabdi ketenangan berpacaran dengan pemuja keramaian? Dua sisi yang saling bertentangan kini bertabrakan, hancur dan berantakan. Puing-puingnya masih ada, berserakan di mana-mana. Hampir saja melukai banyak orang yang melintas di...