26. Suatu Hubungan Rentan

132 19 1
                                    

(Ayo beri semangat author dengan cara vote dan komen)

(Ayo beri semangat author dengan cara vote dan komen)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"It's so beautiful, but horribly sad, too."

(⁠๑⁠'⁠•⁠.̫⁠ ⁠•⁠ ⁠'⁠๑⁠)


Sejak Mua mengambil keputusan sepihak untuk mengusaikan hubungan mereka, Rayyan tak memberi jawaban apa-apa. Lelaki dengan lengan kemeja dilipat itu masih memandang lurus pada ramainya jalanan aspal di depan sekolahan.

Sudut bibirnya mengembang, namun tidak lebar, tidak seperti sosok Rayyan yang ia kenal. Entah hubungan mereka sudah berakhir sungguhan, atau bahkan masih ada harapan untuk dilanjutkan, sebab sampai sekarang Rayyan masih bungkam.

"Besok lo berangkat olim?" Suara pertama yang Mua dengar dari diamnya Rayyan. Gadis itu tidak mengangguk atau bahkan menjawab iya, melainkan hanya menghela lelah. "Hm?" tuntut Rayyan sembari menaikkan sebelah alisnya saat menolehkan kepala menghadap Mua.

"Udah tahu ngapain nanya?"

Sedikit kekehan terdengar melalui sela bibir Rayyan, mengusir sebagian kecanggungan yang mengecam. Sejak dulu, Mua memang benar-benar tidak bisa ia rengkuh jiwanya. Hatinya terkesan beku tercermin dari setiap gelagat kaku. Apakah mencintai gadis satu ini merupakan kesalahan besar yang harus diakhiri?

"Cuma memastikan," sahut Rayyan sembari mengocek saku celana sebelah kanan, kemudian mengeluarkan Pod MP3 mini berserta klip berwarna brown sugar. "Ambil," suruhnya menyodorkan benda tersebut ke depan, membuat Mua yang masih tidak paham jadi ragu-ragu mengangkat tangan.

"Dulu lo pengin ini, kan? Lo juga request warna brown sugar. Lo bilang warnanya manis, tapi menurut gue, lebih manisan lo," ucap Rayyan berupaya menjelaskan, namun kerutan di dahi Mua semakin marak bertambah, menandakan bahwa ia sama sekali tidak menyetujui pernyataan Rayyan barusan. "Itu isinya full album gue dari awal merintis karir sampai sekarang. Bisa lo dengerin untuk menemani perjalanan, karena kemungkinan besar besok gue gak bisa nemenin lo buat olim. Gue ada job manggung di Tangerang."

"Gue gak pernah minta ini," elak Mua apa adanya. Karena setelah mengoperasikan mesin waktu menjelajahi masa silam, kalimat itu memang tidak pernah ia ucapkan. Bahkan komunikasi dua arah antara Mua dan Rayyan dari sebelum, sampai mereka sudah berpacaran pun terbilang sangat jarang. Apakah lelaki itu salah orang?

Menarik senyum miris, kemudian meringis. Rayyan tidak ingin membuat masalah sepele semakin membesar. Meskipun bisikan-bisikan di bawah alam sadar tak sekalipun mengizinkannya untuk tenang. Perasaannya mengambang, membawanya menggedor kehampaan. "Nanti malam kita mensiv."

Celetukan Rayyan berhasil membuat Mua tercengang. Perlahan-lahan jemarinya meremas Pod MP3 tanpa sepengetahuan. "Mensiversary one month."

"Jadi ... sebelum kita LDR, boleh kan kalau gue minta lo datang untuk merayakan hari jadi kita nanti malam?" tanya Rayyan serius, masih berharap terus. "Gue udah nyewa tempat untuk dating. Gue bakal buat malam nanti sebagai malam paling indah dalam sejarah cinta kita. Gue bakal buat lo bahagia, selamanya."

MUA-RAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang