27. EL CIELO

198 26 3
                                    

Hai hai hai!
Balik lagi sama love disinii!!
Kangen gak sama Elang dan Elina?
Kalo kangen jangan lupa klik tombol bintang di pojok kiri yaa ayangggg<33

27. EL CIELO

Elina dan Elang tiba di sebuah tempat yang terlihat seperti cafe, tapi sebenarnya terlalu besar untuk ukuran sebuah cafe. Nampaknya tempat ini lebih mengarah seperti bar, namun Elina masih tidak yakin. Konsep tempatnya begitu mengagumkan, di desain sedemikian rupa hingga setiap sudutnya terlihat eye-catching. Lampu temaram berwarna ungu dan pink menambah estetika tempat ini. Elina begitu menyukainya.

Ia mendapati banyak orang di dalam, mengenakan baju putih, sama dengan Elina yang malam ini sebenarnya mengenakan kemeja, tapi terlalu besar di tubuhnya, jadi Elina terlihat seperti memakai dress yang panjangnya setengah paha. Elina turut menambahkan sebuah belt berwarna hitam sebagai pelengkap . Ia juga mengenakan flatshoes sederhana berwarna hitam. Sementara Elang tampak menawan dengan celana jeans hitam dan kemeja putih yang dua kancing teratasnya dibiarkan terbuka dan lengannya ditekuk hingga siku.

Beberapa orang yang Elina lewati menyalami Elang, atau entah itu sebuah sapaan. Elina tidak paham sebenarnya acara apa yang ia datangi ini. Di pintu ada sebuah pita terpasang yang menandakan tempat ini masih akan diresmikan.

"Kok lo nggak bilang kalo ini acaranya formal?" omel Elina.

"Siapa yang bilang ini acara formal?" Elang justru mengembalikan pertanyaannya. Baik, mungkin acara sebesar ini bukan acara formal bagi Dewanata. Terserah saja, Elina sudah pusing.

"Kak, gue malu. Temen-temen lo outfitnya keren-keren, mana pada cantik-cantik. Sementara gue? Modal kemeja Papa sama liptint sepuluh ribuan doang." keluh Elina.

"Gue pulang aja ya." rengek Elina setengah memohon.

Bukannya mendengarkan Elina, Elang malaj membawa Elina ke bagian ujung, yang Elina ketahui ternyata mereka adalah salah satu sepupu Elang. Ini kedua kalinya, Elina merasa ditatap seolah ia adalah kuman yang harus dienyahkan. Elina jadi semakin tidak percaya diri, karena semua yang ada di sini terlihat begitu anggun memakai pakaian dari merek terkenal yang harganya tidak main-main. Mereka juga nampak begitu cantik dengan make up yang menghiasi wajah mereka. Hanya Elina yang terlihat begitu sederhana tanpa riasan di wajahnya. Sungguh, Elina merasa ini bukan tempatnya.

"El! Oh God I miss you so bad." seorang gadis yang sepertinya setengah berdarah bule berlari memeluk Elang dan Elang balik memeluknya. Mereka berpelukan begitu erat seolah tidak bertemu dalam waktu yang sangat lama. Gadis itu cantik, paling cantik diantara gadis lain yang ada di hadapan Elina. Matanya lebar dan tajam dengan bulu mata lentik, serta rahang tegas dan hidung yang mancung.

"Sasa, kapan dateng, hm?" ujar Elang seraya mengacak rambut gadis itu.

"Gue males banget sama lo sekarang bucin terus. Emang pacar lo se-cantik cleopatra apa sampe nggak bisa lepas sebentar aja." ujarnya.

Elina cukup terkejut dengan pernyataan itu. Gadis itu mengatakannya seolah Elina tidak ada disana. Elang langsung menarik pinggang Elina, "Iya nih, cantik banget nggak sih. Gue tergila-gila."

"Dih, najis clingy banget." celoteh gadis itu lagi.

"Oh, jadi ini El kesayangannya Bunda itu?" gumam salah satu dari barisan mereka.

"Yoi, cantik kan." jawab Elang.

"Marissa Van Dijk, sahabatnya Elang." tiba-tiba gadis itu mengulurkan tangannya pada Elina.

Elina baru tahu jika Elang punya sahabat perempuan. Dia pikir sahabat Elang hanya anak-anak Eagle Eye. Tapi tak ayal Elina membalas uluran tangan itu, "Elina Shaletta."

EL VENENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang