3. KEHILANGANNYA
Elina langsung menyusul Karin. Ia mempercepat langkah kakinya, menerobos lautan manusia yang asik menonton kejadian ini. Elina menulikan telinganya akan kata-kata kasar yang dilontarkan orang-orang itu pada Elina. Ucapan mereka terdengar pedas. Mereka bilang Elina perebut, tidak tau malu, tidak tau diri dan sebagainya.
Padahal, disini Elina dan Karin sama-sama dipermalukan. Karin dianggap terlalu percaya diri bahwa Elang menyukainya, tapi nyatanya Elang menembak sahabatnya sendiri dihadapannya. Elina pun akan dicemooh karena dianggap sebagai orang ketiga. Merebut calon pacar sahabatnya sendiri. Orang-orang akan menganggapnya tidak tahu diri, tidak tahu malu.
Elina berani bersumpah bahwa dia tidak tahu-menahu akan kejadian ini. Ia sama sekali tidak memiliki niat untuk merebut Elang. Elina tidak mungkin mengkhianati Karin. Elina percaya, ada sesuatu dibalik semua kejadian ini. Tidak mungkin sosok pria berwajah tampan itu menyukai Elina, yang tidak se-populer Karin. Elina bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan Karin.
Elina berhasil menarik tangan Karin. Karin berusaha melepaskannya. Tapi Elina mencengkram erat tangannya. "Karin, please jangan marah sama gue. Gue nggak bisa dijauhin sama lo," pinta Elina pada Karin.
Gadis itu tersenyum remeh. "Gue masih nggak percaya. Lo sahabat gue, lo orang yang paling gue percaya. Setelah semua yang gue lakuin buat lo, ini balasan lo sama gue?" Sarkas Karin. Gadis itu terlihat benar-benar marah. Baru kali ini Elina mendengar Karin membentaknya.
"Tapi sumpah gue nggak ngerti apa-apa Rin, gue aja nggak begitu kenal sama Kak Elang. Apa lo pernah liat gue deket sama Kak Elang?" Elina masih kukuh menjelaskan.
"Siapa yang bakal tahu, apa aja yang lo lakuin dibelakang gue?"
"Ah, gue sadar sekarang. Kemarin lo nyuruh gue buat nggak deket sama Kak Elang karena ini. Jadi ini jawabannya." ujar Karin. Karin mengangguk-anggukkan kepalanya. Karin saat ini bukan seperti Karin yang biasanya bersikap hangat pada Elina. Sikap angkuhnya sudah keluar. Perkataan dan tatapan yang ia lontarkan sudah tidak bersahabat. Kilat matanya menggambarkan kebencian yang sangat mendalam.
"Dia cuma main-main Karin, mana mungkin dia pindah dari lo ke gue. Dia pasti cuma mau balas dendam karena kejadian kemarin. Lo ingat kan?" jelas Elina. Suaranya melemah digantikan air mata yang mulai menetes. Elina mulai putus asa karena Karin tak kunjung mendengar penjelasannya.
"Lo pikir ini main
-main? Perasaan gue cuma main-main?! Lo bisa pikirin nggak, gimana perasaan gue?!" Bentak Karin. Karin menghempaskan pegangan Elina dengan kasar, membuat Elina terjatuh dengan posisi duduk."Goodluck deh. Gue sumbangin tuh satu lagi bekas gue buat lo. Dari sini gue semakin sadar El, kita berdua memang nggak selevel." Karin meninggalkan Elina di sana.
Perkataan terakhir dari Karin sukses membuat hati Elina runtuh. Perkataannya sangat merendahkan harga diri Elina.
Elina terisak dalam diam. Namanya sudah pasti jelek. Ia akan jadi bahan olokan banyak orang. Perebut, perusak, murahan atau apalah itu.
Tapi bukan cacian itu yang membuat Elina begitu sakit. Persahabatannya dengan Karin hancur. Dia kehilangan sahabat yang paling berharga baginya. Sahabat yang selalu memberikan bahunya saat Elina lelah. Lalu, sekarang siapa yang akan selalu mendampinginya. Siapa yang akan meminjamkan bahunya saat Elina butuh sandaran. Siapa lagi yang akan setia mendengarkan keluh kesahnya.
Kenapa harus dia, kenapa semuanya begitu tak adil. Kenapa semesta sangat suka membuat Elina menderita. Apakah semua belum cukup, hingga semesta memberikan luka lagi dihidupnya.
Elina menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sementara murid-murid lainnya terus memperhatikan dirinya. Elina tak lekas beranjak. Ia ingin menumpahkan segala perasaannya untuk sejenak. Menghiraukan cibiran-cibiran orang sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EL VENENO
Teen FictionTak ada angin, tak ada badai sosok yang paling digilai dan disegani di SMA Cahaya Pelita, Elang Dewanata meminta Elina untuk menjadi pacarnya. Padahal saat itu Elang sedang dekat dengan Karin, perempuan yang juga menjadi incaran semua orang dan tak...