37. THE GAME

200 24 2
                                    

Haiii maniezzz, long time no see!!

Ketemu lagi sama love, maaf ya udah lama ngilang. Love lagi sibuk persiapan olimpiade, paskib, dan PAS. Bertubi-tubi banget nggak tuh.

Jadi sekarang, untuk mengobati rindu kalian. Love beri hadiah chapter 37 untuk kaliann!! preeet

Bercandaa, heheee;>
Jangan lupa pencet tombol bintang di kiri bawah, karena part ini dijamin akan membuat kalian ternganga, emosi, dan tidak lupa bertanya-tanya.

HAHAHAHAHA, kabuuurrr

Happy reading pasukan Eagle Eye!

37. THE GAME

Elina kelimpungan sendiri dalam mobil Elang, mereka telat berangkat sekolah. Ini semua gara-gara Elina bangun kesiangan. Gadis itu tergesa-gesa memasang dasi lalu sepatunya. Ia juga memasukkan buku yang ia bawa sembarangan dalam tasnya. Sementara Elang santai saja, walau Elina mengomel sejak tadi. Harusnya kan Elang yang mengomel, tapi tak apa, Elang tetap mendengarkan karena Elina lucu ketika sedang cerewet.

"Kamu juga kenapa nggak bangunin aku, spam kek, telfon, apa gitu?"

"Aku kan nggak mau ganggu mimpi indah kamu, El."

"Kamu tuh harusnya nggak usah nungguin aku, jadinya ikutan telat kan."

"Masa aku ninggalin kamu?"

"Terus kamu sekolahnya gimana? Masa kamu lebih pentingin aku daripada masa depan kamu?"

"Kan kamu juga masa depan aku." Elang masih sesantai itu.

Selalu seperti itu. Ketika Elina mengomel dan marah-marah, Elang tetap tenang, diam, dan sabar. Walau terkadang Elina itu cerewetnya seperti alarm di pagi hari, Elang tetap sabar dan malah menenangkannya.

"Elang! Aku lagi serius ya!"

Mata Elina melotot, alisnya menukik tajam. Tapi itu malah terlihat lucu dimata Elang sehingga cowok itu tertawa.

"Udah si sayang, telat sekali nggak akan jadi masalah besar."

"Kamu paham nggak sih, aku tuh nggak enak. Gara-gara aku kamu jadi telat."

Elina jengah dan matanya sudah berkaca-kaca. Elang jadi sedikit menyesal karena bercanda terlalu berlebihan. Ia lupa jika kekasihnya itu sensitif sekali.

"Hey, kok mikirnya gitu sih. Bukan salah kamu kok. Aku nggak apa-apa telat, udah sering juga. Udah, ya?"

Elina akhirnya diam setelah Elang berujar demikian. Dan, benar saja ketika sampai di sekolah mereka langsung disidang oleh Bu Siti. Di tengah lapangan yang panas.

"Elina kamu terlambat?!" tanya Bu Siti tidak percaya.

Bu Siti mungkin tidak tahu, ini bukan kali pertamanya Elina terlambat. Hanya saja Elina selalu berhasil kabur.

"Sama Elang?" tanya beliau lagi ketika melihat Elang ada di sebelah Elina. 

"Tuh kan, pacaran sama dia bawa pengaruh buruk buat murid berprestasi kaya kamu." sindir Bu Siti.

Elina yang tadinya menunduk langsung mengangkat kepalanya. Dia tidak terima jika Bu Siti menyalahkan Elang, tanpa tahu cerita yang sebenarnya. Apakah wanita paruh baya itu tidak memikirkan perasaan Elang. Kejam sekali perkataannya.

"Ibu kok udah nge-judge orang tanpa tahu cerita aslinya gimana?"

"Itu kan terbukti, kamu udah berani kurang ajar sama guru."

Elang mengetatkan rahangnya. Bu Siti sejak dulu memang tidak pernah menyukainya, Elang paham. Walau ia benar sekalipun, Bu Siti selalu menganggapnya salah. Tapi seharusnya, beliau tidak perlu membawa-bawa Elina.

EL VENENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang