58. MEMBASUH

157 7 21
                                    

Woi aku rasanyaa gak relaa pisah sama Elang dan Elina
Jadi gak rela nulis karena sebentar lagi udah end huhuu
Yuk guys puas puasin dulu momen Elang Elinaa

Happy Reading!!

58. MEMBASUH

Elina seperti mendapatkan mimpi buruk kala mendengar berita ini. Dia berlarian dari lobi rumah sakit. Sekilas dia melihat orang-orang berkerumun di seberang sana. Elina tidak punya waktu lagi, jadi dia segera berlari menuju eskavator. Elina menekan tombol berkali-kali tapi sayangnya pintu itu tidak kunjung terbuka. Jadi dia memutuskan untuk menggunakan tangga darurat.

Dengan napas yang sudah tidak teratur Elina berupaya untuk menapaki anak tangga tersebut bahkan melewati tiga anak tangga sekaligus. Sampai akhirnya dia sampai pada tempat terbuka di bagian atas sendiri dari rumah sakit ini. Begitu membuka pintu Elina langsung disuguhi pemandangan yang membuat kakinya lemas.

Karin telah berdiri di besi pembatas rooftop. Dengan beberapa petugas keamanan yang berusaha mencegahnya terjun dari sana. Karin meraung keras. Gadis cantik itu nampak sangat berantakan dan hancur. Elina ikut menangis melihat Karin menjadi seperti itu.

Maka Elina mendekat perlahan. Berusaha untuk meraihnya. Namun begitu netra Karin menemukannya. Gadis itu berteriak kencang. Matanya menatap Elina dengan penuh kilatan marah.

"Ngapain lo kesini?! Senang kan lo liat gue kaya gini?!" sentaknya pada Elina.

"Puas lo sekarang Elina?! Hidup gue hancur Elina! Hancur!"

Elina menggeleng keras seraya mengusap air matanya. Dia berusaha mendekat pada Karin. Tetapi Karin terus mengancamnya dengan, "Jangan berani-berani mendekat atau gue lompat sekarang!"

Pada akhirnya Elina hanya bisa berlutut disana. Memohon ampun pada Karin. Mengakui seluruh perbuatannya yang telah membuat Karin sangat menderita. Sudah cukup semua ini. Penderitaan ini harusnya berakhir.

"Karin, aku minta maaf untuk semua yang udah terjadi. Aku bersalah, aku bersalah banget sama kamu Karin. Hidup kamu udah dikelilingi penderitaan dan saat itu tega-teganya aku merebut satu-satunya kebahagiaan kamu. Aku minta maaf, Karin..." Elina bersimpuh di lututnya. Dengan air mata yang terus berderai, dia tak henti mengucapkan maaf itu.

"Tapi aku mohon jangan begini, Rin. Jangan hukum diri kamu sendiri. Kamu harus tetap kuat karena kamu pantas untuk bahagia. Nggak ada yang salah sama kamu. Percaya sama aku, di depan sana ada banyak sekali kebahagiaan yang menunggu kamu. Jadi aku mohon turun ya?"

Karin tertawa sinis, "Buat apa gue hidup di dunia ini kalau nggak ada yang tulus menyayangi gue selain Papa."

Elina menggeleng, "Siapa bilang nggak ada yang tulus menyayangi kamu? Kamu lupa? Ada aku Karin, aku akan selalu sayang sama kamu apapun yang terjadi. Walau satu dunia pergi pun, akan tetap ada aku di samping kamu. Aku tahu mungkin itu nggak cukup untuk melawan dunia, tapi setidaknya kita bisa menghadapi itu sama-sama. Seperti yang kita lalui kemarin-kemarin."

Putaran memori itu hadir di kepala Elina. Dia dan Karin tak pernah terpisahkan sejak dulu. Mereka selalu bersama sampai orang-orang selalu berbicara dimana ada Karin disitu ada Elina begitu pula sebaliknya. Mereka melewati pendewasaan hidup bersama-sama. Saling menguatkan dan menyembuhkan satu sama lain. Seramnya hidup telah mereka hadapi berdua.

Bagaimana Elina yang selalu melawan orang-orang yang membenci Karin sampai dia ikut dibenci. Elina selalu jadi garda terdepan untuk Karin. Bahkan saking dekatnya, mereka sudah tak perlu kata untuk bicara. Karin akan selalu tahu apa yang dirasakan Elina dan begitu pula sebaliknya. Karin sampai menyewa apartment karena Elina seringkali kabur dari rumah dan keluarga Karin sendiri tak begitu menyukainya. Jadi, Karin memberikan tempat khusus untuk Elina merayakan sedihnya. Elina benar-benar menyayanginya seperti saudara kandungnya sendiri.

EL VENENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang