Hai ayang ayang aku balik lagiii!!
Plis jangan marah aku tau aku lama bgt ga up:(((
Semoga chapter ini bisa mengobati kangen kalian yaa, selamat membaca<3339. EUPHORIA
Gedung ini dipenuhi oleh sorak-sorai para supporter masing-masing sekolah. Gedung yang dapat menampung dua ribuan orang itu nampak sesak sangking banyaknya orang. Riuh penonton dengan masing-masing kaos seragam dan yel-yel menambah suasana semarak malam ini. Mereka menabuh drum-drum mereka dengan koreografi mars sekolah ataupun kelompok mereka dengan penuh energi. Beraneka ragam bendera yang didominasi warna hitam itu telah terpampang di dinding megah gor ini, tetapi tetap yang paling besar dan mencuri perhatian adalah bendera milik EagleEye dan Cahaya Pelita.
Elina sungguh gugup, padahal bukan dia yang akan bertanding. Apalagi Elang sebagai kapten tim itu ya?
Elina duduk bersama teman-temannya di bangku VVIP paling depan. Persis di belakang panitia dan juri. Elina menenteng sling bag berisi barang-barang Elang, sebab cowok itu sudah bersiap di ruang tunggu. Ia juga membawakan handuk kecil dan dua botol air mineral untuk Elang.
Elina terlihat cantik dengan rambutnya yang dikepang menjadi satu dan anak-anak rambutnya yang dibiarkan keluar. Dia mengenakan kaos utama EagleEye, alias seragam maskot kelompok itu. Tetapi ia turut menambahkan jersey biru tua bertuliskan 'Dewanata' dengan nomor punggung 17. Itu hasil suruhan Elang, katanya melihat betapa ramainya tempat ini tidak dapat dipungkiri pasti ada saja yang melirik kecantikan Elina. Jadi, Elina harus memakai jersey milik Elang agar orang-orang tahu bahwa ia milik seorang Elang Dewanata. Dengan begitu, tidak akan ada yang berani menggodanya, begitu kata Elang. Pada jersey itu juga ada logo EagleEye di sebelah dada kanan atas. Pantas saja, sejak tadi banyak sekali orang yang menatap Elina dari ujung kaki hingga ujung kepala. Namun sebatas itu saja, mereka seperti tidak berani mengucapkan apapun.
Kali ini, atasan itu Elina padukan dengan bicycle pants berwarna hitam dan sneakers putih. Dengan postur tubuh Elina, orang-orang pasti akan mengira bahwa ia juga seorang atlet. Benar memang, atlet menyelam kerasnya kehidupan.
"Kita panggilkan juara bertahan kita, SMA Cahaya Pelita!"
Suara dukungan dari supporter semakin menggema ketika Elang dan teman-temannya memasuki arena pertandingan. Elang berjalan paling depan, cowok itu terlihat sangat menawan dengan jersey berwarna putih yang seiras dengan warna kulitnya. Dia tidak melakukan apapun untuk mencari perhatian, tetapi perhatian semua orang sudah terarah padanya. Pesona seorang Elang Dewanata memang sekuat itu.
Elina akan mengumandangkan dukungannya, tapi suara dari sebelahnya membuat dia urung.
"Semangat Elang!! I know you can do it!"
Itu teriakan dari Karin. Entah bagaimana bisa, dia juga duduk di bagian VVIP. Namun bagian paling pentingnya, akhir-akhir ini gadis itu semakin gemar mencari masalah. Dia semakin menunjukkan pada semua orang bahwa dia kembali mengejar Elang. Tanpa peduli Elang sudah punya Elina.
"Dih, gak tau malu banget anjing." cibir Meera.
Elina mendiamkannya saja. Selalu seperti itu, Elina yang tidak suka ribut dan selalu mengalah. Tapi, bohong jika dia tidak kesal. Mana ada perempuan yang tidak marah jika ada perempuan lain yang secara terang-terangan ingin merebut lelakinya.
Sampai saat pertandingan dimulai dan Elang mencetak skor pertamanya. Cowok itu langsung melakukan selebrasi dengan menjetikkan jarinya dan menunjuk Elina. Sontak saja teman-teman Elina dan anak-anak Cahaya Pelita yang ada di bangku VVIP berteriak histeris dengan tingkah manis Elang tersebut. Kontras dengan Elina yang hanya memasang senyum tipis. Mood gadis itu sudah dirusak oleh Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
EL VENENO
Teen FictionTak ada angin, tak ada badai sosok yang paling digilai dan disegani di SMA Cahaya Pelita, Elang Dewanata meminta Elina untuk menjadi pacarnya. Padahal saat itu Elang sedang dekat dengan Karin, perempuan yang juga menjadi incaran semua orang dan tak...