14. WANITA HEBAT

286 30 4
                                    

14. WANITA HEBAT

Elina menutup pintu rumahnya. Ia sudah tidak sabar untuk memberitahu mamanya kalau beasiswanya tidak jadi dicabut.

Namun, samar-samar dia mendengar suara gaduh yang berasal dari dapur. Elina melangkahkan kakinya menuju sumber suara. Di sana, ia sedang melihat orang tuanya tengah berdebat. Elina mengintip dari balik tembok. Memperhatikan interaksi mereka berdua dengan wajah sendu.

"Itu jangan banyak-banyak dong, Pa. Nanti yang lain nggak kebagian." ujar Audi.

"Oh, jadi mentang-mentang sekarang aku nggak kerja, jadi aku nggak boleh makan." sarkas Deo.

"Nggak ada yang nggak ngebolehin kamu makan. Tapi kan porsi sewajarnya aja. Nanti yang lain nanti nggak sebagian." Tutur Audi.

"Dulu waktu aku masih kerja, aku nggak pernah perhitungan sama kamu. Sekarang giliran aku udah nggak kerja, kamu perhitungan banget sama aku. Bajingan!" Bentak Deo sambil membanting piringnya, hingga isi piring itu bercecer kemana-mana. Beruntungnya piring itu tidak terbuat dari kaca, jadi tidak pecah.

Selepas itu, Deo langsung beranjak. Cepat-cepat Elina bersembunyi di balik lemari. Setelah memastikan Deo sudah pergi, Elina mengintip kembali. Ia melihat ibunya menangis sambil membersihkan makanan itu.

Deo memang tempramen, dia kasar dan egois. Emosinya mudah sekali tersulut. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh Audi selalu salah dimatanya. Tak ada satu hari pun dia tidak mencaci maki Audi. Omongannya selalu seperti belati yang menusuk hati. Dia selalu benar, dan orang lain selalu salah.

Namun, Deo tak pernah memperlakukan Elina seperti itu. Dia hanya begitu terhadap Audi dan Vino. Elina juga tidak tahu pasti, mengapa ayahnya seperti itu. Padahal, jika diluar rumah Deo sangat baik layaknya malaikat.

Itulah yang membuat Elina amat menyayangi Audi lebih dari dirinya sendiri. Karena Audi begitu tangguh, kuat, dan sabar. Selama 22 tahun dia kuat diperlakukan seperti ini. Ditambah keadaan saat ini, menambah lagi luka yang harus dia bawa.

Di mata Elina, Audi adalah ibu yang sangat luar biasa. Audi adalah pahlawannya. Dia rela mengorbankan apapun demi anak-anaknya. Bahkan seringkali dia lupa memikirkan dirinya sendiri. Jasa Audi sangat penting di keluarga Elina.

Elina melangkahkan kakinya perlahan. Dia memeluk ibunya dari belakang. Audi yang terkejut akan kedatangan putri bungsunya, cepat-cepat menghapus air matanya. Merubah raut wajahnya seolah tidak terjadi apa-apa. Ia membalikkan badan menghadap putrinya.

"Kamu udah pulang?" Tanya Audi.

Elina mengangguk riang, "El punya kabar gembira."

"Apa?"

"Beasiswa El enggak jadi dicabut!" Seru Elina.

Audi menampilkan seulas senyum kelegaan, "Syukurlah kalau begitu."

Audi berjalan ke rak dapur dan mengambil sebuah kotak dari dalamnya. Rupanya kotak itu berisi brownies.

"Tadi, Tante Ani kesini bawa brownies. Kebetulan ini brownies kesukaan kamu kan. Jadi, Mama simpan bagian kamu, nanti takut habis sebelum kamu datang. Nih, kamu makan." Tutur Audi.

Mamanya memang selalu begitu. Dia selalu mengingat hobi makan Elina. Jadi, setiap ada makanan apapun, dia selalu menyimpan sebagian untuk Elina. Bahkan, ia rela tidak makan agar yang lain bisa makan.

Elina menggigit brownies itu. Rasanya sangat amat memanjakan lidahnya. Ia sampai memejamkan matanya karena keenakan. Hal itu membuat Audi tertawa.

Ekspresi Elina jika diberi makanan enak memang sangat menggemaskan. Gadis ini akan lebih girang ketika diberi makanan enak daripada diberi sesuatu yang lain.

EL VENENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang