6. TERLUKA & DIOBATI
"Kemarin lo udah mengobati gue saat gue jatuh. Sekarang giliran gue merengkuh lo yang ringkih. Menumbuhkan rasa di hati lo yang patah." - Elang Dewanata
Sekolah sudah sepi sejak dua jam yang lalu. Namun, Elina masih belum beranjak dari halte sekolah. Setengah jam yang lalu Elina baru menyelesaikan rapat OSIS. Kini ia masih menunggu angkutan umum yang bisa membawanya pulang. Namun sepertinya tidak akan ada angkot yang lewat. Elina sudah lelah menunggu.Elina sempat berpikir untuk memesan ojek online, tapi ia tahu itu tidak akan mungkin. Uang di dompetnya tinggal selembar uang dua puluh ribuan. Uang kompensasinya sudah digunakan untuk mencukupi kebutuhan rumah. Elina adalah tulang punggung keluarga saat ini. Uang pegangannya juga sudah dipinjam Shila. Entah sampai kapan ia bisa bertahan.
Elina bisa saja tidak jajan sama sekali di sekolah. Tapi, siapa yang tahu jika tiba-tiba ada kebutuhan yang begitu mendesak. Elina merogoh seluruh sisi tas-nya. Berharap menemukan selembar harta karun yang mungkin bisa membantunya.
Keberuntungan berpihak pada Elina. Rejeki anak sholehah. Gadis itu menemukan dua lembar uang dua sepuluh ribuan. Dengan semangat Elina membuka ponselnya untuk memesan ojek online.
Secara tiba-tiba angin menerpa uang yang diletakkan di atas pangkuan Elina. Gadis itu mengutuk dirinya yang bodoh, kenapa tadi dia tidak langsung memasukkan uang itu ke sakunya. Elina langsung berlari mengejar uang itu tanpa melihat keadaan disekitarnya. Ia harus menyelamatkan uang itu, apapun yang terjadi. Uang itu sangat berarti untuknya saat ini.
Uang itu jatuh tepat di tengah jalan, buru-buru Elina berjongkok untuk mengambil uang itu. Setelah mendapatkan uang itu, Elina baru tersadar dia berada di tengah jalan. Dia langsung menoleh ke arah dimana dia mendengar suara motor. Dan benar saja, disana ada seorang cowok mengenakan helm fullface dan mengendarai motor ninja hitam dengan kecepatan super.
"WOI, AWAS! LO MAU MATI?!" Teriak cowok itu.
Sumpah. Elina panik setengah mati. Jika biasanya dia menghujat orang-orang di sinetron yang diam saja ketika hendak di tabrak. Kini dia terkena karma. Dia tahu bagaimana rasanya sekarang. Elina ingin beranjak, tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Elina yang dikenal memiliki otak yang encer, kini hilang sudah kemampuan itu. Elina tidak tahu lagi harus berbuat apa.
Motor itu semakin mendekat. Elina hanya bisa pasrah. Elina memejamkan matanya, yang terbayang di kepalanya hanyalah keluarganya. Selesai sudah dirinya. Dalam hati dia mengucapkan beribu-ribu maaf untuk Mama, Papa, Bang Alka, Kak Shila, dan Karin, serta Bayu.
10 detik memejamkan mata, Elina tak merasakan benda apapun menghantam tubuhnya kecuali angin dan debu. Elina jadi berpikir bahwa ia sudah mati dan tidak bisa merasakan apapun lagi.
"Enggak waras ini cewek." Gumam seseorang. Dari suaranya dia adalah laki-laki.
"Mama, ya ampun maafin El. El nggak bisa ketemu Mama lagi. El udah ditunggu Malaikat Munkar Nankir, Ma." Rengek Elina setengah menangis. Sepersekian detik kemudian dia berpikir kembali, 'mana mungkin Malaikat ngatain Elina yang sholehah ini enggak waras, ya Ma?'
Elina membuka sebelah matanya takut-takut. Ternyata dia masih berada di tempat semula. Elina menepuk-nepuk pipinya, dan rasanya sakit. Elina bersorak dalam hati. Dia tidak jadi mati. Rasanya lega sekali. Elina langsung melakukan sujud syukur.
"Woi! Lo benar-benar gila, ya?!" omel cowok itu lagi.
Elina segera menoleh ke belakang, dan mendapati seorang cowok yang terkapar disamping sepeda motornya. Sepertinya dia membanting setir untuk menghindari Elina. Elina beranjak menghampiri cowok yang sedang mengaduh sambil memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EL VENENO
Teen FictionTak ada angin, tak ada badai sosok yang paling digilai dan disegani di SMA Cahaya Pelita, Elang Dewanata meminta Elina untuk menjadi pacarnya. Padahal saat itu Elang sedang dekat dengan Karin, perempuan yang juga menjadi incaran semua orang dan tak...