38. SPORT DATE

199 22 0
                                    

Hai zheyenk>.<

cung dulu siapa yang lagi PAT??

Oh iyaa, penjelasan kenapa aku ganti judul ada di bawah yaa!!!

38. SPORT DATE

Elina yang masih mengenakan kaos polo putih dan legging hitam itu mengangkat panggilan dari ponselnya. Keringat di dahinya menetes, membuat rambutnya yang diikat kuncir kuda ikut basah. Napasnya masih terengah-engah, Elina semakin menghela napas panjang ketika si penelepon tidak ada di tempatnya.

5 detik kemudian barulah Elang muncul dengan tubuh yang belum memakai atasan sepenuhnya. Cowok itu sepertinya baru mandi, terlihat dari rambutnya yang masih basah.

Elang sedang berada di Bali sejak lima hari yang lalu. Ia disuruh oleh sang Kakek untuk ikut meninjau proyek disana. Jadi, sudah hampir satu minggu mereka menjalani hubungan jarak jauh.

"Hai, sayang. Duh, kangen banget. Pengen cepet pulaaaangg." Rengek Elang.

"Katanya nanti malam kamu udah balik, jadi?"

"Iya, jadi."

"Yaudah, istirahat dulu sana."

"Iya, bentar dulu. Btw, kamu mau dibawain apa?"

"Mau kamu aja." ucap Elina iseng.

"Hah?"

Tiba-tiba saja Elang menyipitkan matanya sambil tersenyum miring. Padahal maksud Elina bukan seperti apa yang dipikirkan Elang. Tidak seperti itu.

"Maksudnya, mau kamu cepet pulang."

"Ah, yang benerrr?" Cowok itu semakin menggodanya.

Elina mencebik kesal, "Ck, kalo kamu disini udah pasti aku pukul."

Elang terkekeh ringan, memperhatikan wajah Elina.
"Kamu habis darimana?"

"Lari sama Meera."

Sesungguhnya, Elina malas sekali memberitahu Elang akan hal itu. Ia sudah tahu, respon laki-laki itu akan seperti apa nantinya.

"Wah, sayangnya aku sekarang anti mager, guys."

Kan, apa Elina bilang.

"Males banget, selalu gitu."

"Gitu gimana sih, cantik?" Elang tersenyum geli.

Karena tidak tahan dengan keringatnya. Elina mencepol rambutnya secara asal-asalan. Gadis itu tidak tahu saja, Elang ketar-ketir melihatnya dengan penampilan seperti itu.

"Kamu tuh selalu ngejek aku."

Elina jengah. Kasihan sekali dia. Elina yang sensitif dan cengeng, dipertemukan dengan kekasih macam Elang yang love language-nya membully dan menggodanya. Sudah kerap kali Elang usil kepada Elina dan baru akan berhenti ketika Elina sudah benar-benar menangis. Lalu jika sudah seperti itu, Elang akan meminta maaf, membujuknya, membelikannya ini dan itu, serta mengajaknya pergi ke banyak tempat. Ujung-ujungnya ya memang Elang yang menang banyak.

"Ngejek gimana sih, Sayang? Aku tuh memuji kamu, loh. Perkembangan yang bagus itu. Menjadi Elina yang sehat."

Berawal dari percakapan itu, pagi ini Elina dan Elang sudah berada di kawasan stadion. Mereka membuat janji untuk berjoging, lebih tepatnya Elang yang mengajak. Sebagai permintaan maaf katanya, karena semalam sudah jahil pada Elina. Elina ya menurut saja, walau ia tidak tahu untungnya untuk dirinya apa.

Baru satu setengah putaran, Elina sudah tidak kuat. Gadis itu berhenti, dan langsung berjongkok disitu juga. Ya, Tuhan kapan ya, Elina bisa bersahabat dengan hal-hal seputar olahraga.

EL VENENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang