40. ALKARANA ATHARIZ

172 20 5
                                    

Haiiii aku balik lagii!!
How ur june going guyss??
Apapun yang terjadii, tetep semangat yaa
Jangan lupa istirahat, untuk tumbuh lebih hebat<33
Happy reading!!

40. ALKARANA ATHARIZ

Elina berjalan melalui pagar sekolahnya, sepanjang hari gadis itu nampak lesu. Ada sesuatu yang memenuhi pikirannya. Ditambah seluruh kegiatannya yang sangat padat hari ini, semakin menguras tenaganya. Dia berjalan sembarj menundukkan kepala, menatap lurus pada alas kakinya.

Menghela napas lelah, Elina mendongakkan kepalanya. Wajahnya langsung sumringah, lelahnya seolah hilang ketika mendapati Alka berdiri beberapa langkah di depannya. Elina sempat berpikir ia hanya halusinasi karena kelelahan, sampai seseorang itu malambaikan tangan seraya tersenyum padanya. Elina berlari sekencang mungkin dan langsung menghambur ke pelukan laki-laki itu.

Mereka sama-sama belum mengatakan sepatah kata pun, tapi Elina sudah menangis tersedu-sedu. Elina memang selemah itu jika berhadapan dengan Alka. Dia memang bisa menyembunyikan kesedihannya dari semua orang, tapi tidak dengan Alka.

"Besok-besok gue nggak mau lagi deh ketemu lo." cibir Alka.

"Kok gituu?" balas Elina seraya mengusap ingusnya dengan baju Alka.

"Malas ah, lo setiap ketemu gue bukannya senang malah nangis."

"Justru itu sangking senangnya gue sampe nangis, tauuu."

Alka terkekeh singkat, merapikan rambut adiknya itu. Tidak terasa, bayi kecil yang dulu selalu mengganggunya itu kini telah tumbuh dewasa. Anak perempuan yang selalu mengikuti kemanapun ia pergi itu, kini sudah sibuk dengan kehidupannya sendiri. Dulu Alka sangat protektif pada anak laki-laki yang mencoba mengganggu Elina. Setiap pergi bermain bersama, bukannya sibuk bermain dengan temannya, Alka malah lebih sibuk menjaga Elina. Elina si keras kepala tapi cengeng. Kini, siapakah yang menggantikan peran itu ketika Alka sudah tidak bisa lagi ada di sisi Elina. Apakah Elina sudah menemukannya, dan apakah dia benar-benar bisa menjaga Elina.

"Gue punya sesuatu."

"Apa? Cimol? Cireng? Atau sekarang jadwalnya Cilor?" ucap Elina.

Elang mengambil sesuatu dari tas yang ia bawa di punggungnya. Itu adalah laptop milik Elina.

"Sekarang udah bisa di pakai lagi." ujar Alka.

Elina menatap Alka tidak percaya. Bagaimana Alka bisa tahu akan hal itu. Elina bahkan tidak menceritakannya pada siapapun, Elang bahkan Mama sekalipun. Laptopnya mengalami kerusakan. Itulah yang mengganggu pikiran Elina, mengingat seluruh file penting tentang sekolah dan naskah-naskahnya ada disana. Belum lagi tugas-tugas yang tenggatnya terus berjalan. Elina sedang berupaya untuk mengumpulkan uang dan memperbaiki laptopnya itu. Tapi, Alka tiba-tiba saja sudah menyelesaikannya.

Elina baru menyadari, ternyata Alka dan Elang memiliki kemiripan secara fisik. Bedanya hanya, Elang lebih tinggi, memiliki rahang yang lebih tegas, serta hidung yang lebih mancung.

Alka mengeluarkan sesuatu lagi dari tasnya, "Tadaaa!"

"Ini buku yang lo butuhin kan?" tanya Alka. Wajahnya begitu sumringah, berbanding terbalik dengan Elina yang meniliknya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa? Takut gue beli pakai uang haram? Tenang aja El, gue bukan bokap lo." Alka nampak begitu malas untuk menggumamkan kata 'bokap lo' yang tak lain ayah kandungnya sendiri.

Elina menunduk sedikit, menyembunyikan matanya yang mulai berair kembali. Ia membaca judul buku yang dipegang Elang. Itu buku yang sangat ingin dia beli, panduan olimpiade yang isinya terperinci dan lengkap. Ditulis oleh seorang profesor dari universitas nomor satu di dunia. Sehingga buku yang tebalnya sekitar lima sentimeter itu harganya mencapai jutaan rupiah.

EL VENENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang