53. HER FIRST LOVE

132 8 10
                                    

HAI HALOOOW!

Siapa yang setuju cuaca sekarang lagi panas panasnya tapi kalo malem dingin bangeeettt????!!!

BTW BTW chapter kemarin itu harusnya chapter 51 yang aku janji mau double up tapi ternyata belum ke publish
jadi urutannya ketuker huh:((

Jadi kalau baca nanti yang tulisan 51 dulu baru 52 yaaww

BTW juga ini harusnya aku belum up karena vote nya belum melebihi chapter sebelumnya, tapi karena aku baik gapapa deh XD

Jadi chapter ini harus vote yang kenceng dan spam komen yang banyak yaaaaa pasukan EagleEye!!!

53. HER FIRST LOVE

Menginjakkan kaki di tempat ini lagi. Langkah Elang seirama dengan hembusan angin yang menerbangkan daun-daun kering yang berserakan di tanah. Di tangannya terdapat sebuah bouquete bunga yang berisikan mawar merah. Sampai pada nisan yang bersisian itu, Elang berjongkok. Mengusap nisan itu, lalu meletakkan bunga yang ia bawa di tengah-tengahnya.

"Selamat pagi Tante, Om.. Aku sengaja pilih mawar merah, karena kata Elina ayahnya selalu menggambarkan mamanya sebagai mawar merah. Sampai mengabadikan mawar merah itu sebagai tato di lengannya."

Hening lama, Elang sibuk merangkai kata untuk menjelaskan segalanya. Karena jujur saja, perasaan bersalah itu tidak pernah berhenti membuatnya merasa sesak.
"Aku kemarin ketemu Elina setelah sekian lama, dia sekarang rambutnya coklat terang. Tapi dia selalu cantik. Dia juga kerja di 88 sekarang,"

Lalu cowok itu membuka kacamata hitamnya, "Maaf Om, Tante. Maaf karena aku udah bikin Elina jadi seperti itu. Maaf aku mengecewakan kepercayaan Tante karena gagal menjaga Elina. Justru aku yang menyakiti dia separah ini."

"Maaf, karena aku keluarga kalian hancur. Tuhan pasti akan menghukum aku karena menyakiti orang baik seperti kalian."

Tenggorokan Elang tercekat, "Dan aku sudah menerima salah satu yang paling berat. Kehilangan Elina rasanya seperti langit runtuh tepat diatasku,"

"Tapi aku janji akan perbaiki semuanya, aku janji akan membereskan semua kekacauan yang aku buat. Om dan Tante nggak perlu khawatir." 

"Iya, semangat ya." tiba-tiba sebuah suara menimpali ucapannya.

Suara itu membuat Elang berjengit mundur. Hingga bahunya menabrak sesuatu yang keras. Elang reflek memegang dadanya dan mengumpat, "Anjing!"

Lalu ketika dia menoleh dia menemukan Alka berdiri menjulang dibelakangnya. Memakai baju tahanan dengan kedua tangan yang diborgol. Dibelakangnya ada dua orang sipir yang berjaga-jaga.

"Wah, songong. Nggak sopan sama calon kakak ipar," ujar Alka.

Barulah Elang bisa menghela napas dari keterkejutannya. Tolong saja, mereka tengah berada di pemakaman. Walau siang hari, tetap saja menyimpan aura mistis dan bisa-bisanya Alka datang dengan cara seperti itu.

"Sorry, sorry."

Alka tersenyum simpul, ia turut merendahkan badannya seperti Elang. Ingin mengusap nisan itu, tetapi tangannya tidak bebas bergerak. "Ma, aku percaya sekarang Mama pasti sudah ada di tempat yang paling indah,"

Elang menoleh, memandangi Alka yang menggumam lirih. Elang bisa melihat matanya berkaca-kaca tetapi laki-laki itu mencoba tegar. "Aku belum sempat minta maaf sama Mama. Maaf Ma, karena aku selalu jadi sumber penderitaan Mama. Maaf karena selama ini aku nggak pernah membahagiakan Mama. Tapi aku nggak khawatir, karena surga pasti memperlakukan Mama dengan baik sekarang."

Pandangannya beralih pada nisan disebelahnya, Alka membaca ukiran nama itu dengan saksama. Ia tersenyum pahit, kilas memori itu terputar di otaknya. Mengingat sejak dulu, ia tak pernah memiliki hubungan yang baik dengan ayahnya. Ia tumbuh tanpa figur seorang ayah yang seharusnya. Tapi, kini ia ingin berdamai dengan itu semua.

EL VENENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang