Hello guys, hows ur day??
Sebelumnya aku mau bilang, maaf kalau feelnya kurang dapet, karena jujur aku lagi sakit seminggu ke belakang ini.
Aku tetep maksain update karena nggak mau bikin kalian nunggu kelamaan huhuu:(
Jadi, bisa dong kalau part ini lebih diramein lagi?!?!?!
21. MENTAL ILLNESS
Elina menjalani pagi seperti biasanya. Hari ini ia tidak berharap banyak. Ia hanya ingin hari ini berjalan dengan lancar tanpa ada satu masalah saja. Sebab, sesungguhnya Elina lelah. Sangat lelah. Banyak sekali beban yang harus ia pikul di pundaknya, walau sejatinya beban itu bukan miliknya.
Mengingat hari kemarin juga rasanya Elina belum benar-benar sembuh. Masih ada seberkas rasa was-was dan cemas dalam dirinya. Ia takut jika kedepannya keadaan akan semakin memburuk. Elina ingin rehat sejenak saja, Tuhan. Ungkap gadis itu dari dalam sanubarinya.
Belum satu menit ia merapalkan keinginannya. Tuhan langsung menjawab doa Elina dengan sebuah penolakan. Elang tiba-tiba sudah ada di sampingnya, dengan seragam sekolah yang jauh dari kata rapi, seperti Elang yang biasanya. Cowok itu mengikuti langkah demi langkahnya.
"Good Morning, pacar."
"Lo ngapain? Gue lagi nggak mood ladenin lo." Ketus Elina.
"Gue mau berangkat sekolah."
"Lo rela jalan kaki demi ngikutin gue? Sebenernya tujuan lo apa sih?" Elina memandang Elang kesal.
Disaat Elang dapat melihat wajah Elina dengan jelas, Elang justru terfokus pada kening gadis itu yang dibalut plester luka. Daerah sekitarnya pun sedikit berwarna ungu.
"Lo kenapa?" tangan Elang terangkat untuk menyentuh luka itu. Elina buru-buru menepis tangan Elang. Gadis itu lalu membenarkan tatanan rambutnya, agar luka itu tidak menarik perhatian orang-orang lagi.
"Lo dipukul?" Cecar Elang.
"Apaan sih, nggak usah sok tahu deh."
"Jawab gue."
Elang memegang lengan Elina cukup kuat. Netranya begitu mengintimidasi membuat Elina merasa ciut.
Di tengah kebungkaman Elina, tiba-tiba ada sebuah motor yang entah melesat dari mana menyenggol tubuh Elina. Elina bisa saja mencium aspal jika Elang tidak sigap menangkapnya.
Pengendara sepeda motor itu berhenti lalu berkata, "Jalan pake mata! Kalo kenapa-napa ntar gue yang disalahin!"
Pendengaran Elina tidak menangkap apa yang orang itu katakan. Sebab, ia masih shock. Ia tak percaya, dalam waktu yang berdekatan ia sudah hampir dua kali berhadapan dengan maut.
Berbeda dengan Elang, emosi cowok itu sudah berada di ambang batas. Ia segera mengambil langkah panjang dan mencengkram kerah baju pengendara motor tersebut. "Lo buta?! Jelas-jelas lo yang ugal-ugalan bawa motor, bisa-bisanya lo nyalahin orang."
Elina yang kembali kesadarannya segera menyusul Elang. Elina tidak suka keributan. Gadis itu tidak bisa mendengar suara saling membentak. Sebab hal itu akan memancing rasa cemas di dalam dirinya untuk bereaksi berlebihan. Suara-suara tinggi itu akan membawa Elina mengingat hal-hal yang tidak ingin dia ingat. Dan, itu akan membuat jantungnya berdegup kencang serta tangannya gemetar.
"Kak, udah kak. Gue gapapa." tutur Elina.
"Cewek lo tuh berdiri di tengah jalan, emang ini jalan punya bokapnya apa? Untung motor gue nggak lecet."
KAMU SEDANG MEMBACA
EL VENENO
Novela JuvenilTak ada angin, tak ada badai sosok yang paling digilai dan disegani di SMA Cahaya Pelita, Elang Dewanata meminta Elina untuk menjadi pacarnya. Padahal saat itu Elang sedang dekat dengan Karin, perempuan yang juga menjadi incaran semua orang dan tak...