Eyyoww, ketemu lagi sama love!
Seneng nggak EL VENENO update??
Jangan lupa pencet bintang dan komen sebanyak-banyaknya yaaa<3331. CONNECTION
Elina, Meera, Gladyssa, Viola, dan Evelyn berjalan beriringan ke belakang sekolah. Jam istirahat kedua telah dimulai. Bukannya ke kantin, mereka malah asik menonton kakak kelas bermain sepak bola. Lebih tepatnya Evelyn yang malas ke kantin, kebetulan Viola ingin menonton kekasihnya, jadi sekalian saja.
Dari bangku yang mereka duduki, Elina bisa melihat ada Elang dan teman-temannya bermain sepak bola. Seragam atas mereka sudah dilepas semua, diganti dengan kaus hitam. Lapangan ini dingin, karena terdapat pohon beringin besar yang menaungi.
Viola melambai pada kekasihnya, tetapi hanya dibalas dengan anggukan saja. Kemudian laki-laki itu fokus pada permainannya lagi. Tapi Viola maklum, Brian memang sedingin kulkas. Iya, Brian. Jangan terkejut ya, Viola memang kekasih dari cowok ekspresi datar itu. Mereka sudah lama backstreet. Tapi karena berita Elang dan Elina berpacaran telah menyebar mereka akhirnya go public juga. Kata Viola, "Biar dihujat bareng-bareng."
Praduga Viola tidak salah, respon orang lebih banyak kontra. Mereka heran mengapa cowok pintar, pendiam, dan tidak banyak tingkah seperti Brian bisa jatuh pada Viola yang sifatnya sangat berkebalikan. Mereka bilang Viola hanya unggul di kecantikannya saja. Jika ada yang mengatakan hal tersebut, Viola hanya akan menjawab, "Kenapa? Iri ya karna situ nggak secantik gue?"
Meera dan Gladyssa sibuk berfoto, sementara Elina hanya melamun. Gadis itu sibuk menutupi rasa sakit akibat perutnya yang melilit. Dirumah sama sekali tidak ada makanan. Elina juga tidak punya uang sepeser pun, jadi ia belum makan apapun sejak pagi. Ini bukan hal yang baru, Elina seringkali tidak bisa makan karena tidak punya uang. Jadi ia meyakinkan diri, bahwa ia pasti bisa mengatasi rasa sakit di perutnya.
"Kok tumben kesini? Nggak ke kantin?"
Elang tahu-tahu sudah berjongkok tepat di hadapannya. Tangannya bertumpu di lutut Elina. Dengan napasnya yang sedikit terengah dan bulir bulir keringat yang masih ada di dahinya. Ketampanannya meningkat kuadrat.
Elina menggeleng singkat. "Tapi udah makan?"
"Gue lagi puasa."
"Perasaan tadi lo bilang lagi dapet deh?" Gladyssa menyahut.
Sial, kenapa juga Elina harus mengatakan itu pada Gladyssa. Ia jadi tidak bisa berbohong ataupun berkilah lagi. Elina meringis karena ketahuan berbohong.
"Kenapa nggak makan?"
"Males."
Elang mencubit pipi Elina, "Kebiasaan."
Tanpa mengatakan apapun lagi Elang menarik tangan Elina. "Mau kemana?"
"Kantin lah, masih nanya lagi." jawab Elang ketus.
"Nggak mau."
"Kenapa sih?"
"Gue lupa nggak bawa uang, Elang." kilah Elina.
Memang benar itu alasannya, atau lebih tepatnya karena Elina tidak punya uang. Kedua, ia merasa berdosa jika perutnya kenyang tapi orang-orang dirumahnya merasa kelaparan.
"Selama masih ada gue, lo itu tanggungan gue, El." tutur Elang.
Selama berkali-kali pergi dengan Elang, Elina memang tidak pernah mengeluarkan biaya sedikitpun. Sebab itu ia semakin merasa kecil jika Elang terus memberikannya banyak hal, sementara Elina tidak bisa membalasnya.
"Gue nggak mau. Lo baik banget sama gue, gue nggak bisa balasnya Kak." ucap Elina.
Elang menghembuskan nafas panjang, "Gue nggak butuh apapun dari lo, Elina. Cukup lo sayang sama diri lo sendiri dan jangan bikin gue khawatir. Ngerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EL VENENO
Teen FictionTak ada angin, tak ada badai sosok yang paling digilai dan disegani di SMA Cahaya Pelita, Elang Dewanata meminta Elina untuk menjadi pacarnya. Padahal saat itu Elang sedang dekat dengan Karin, perempuan yang juga menjadi incaran semua orang dan tak...