🔗 R.202, Dormitory of National Academy Of Aviation, 22.00
"Gue boleh nanya sesuatu nggak?" tangan Jeff kontinu mengambil stik keju dari toples kaca yang ditaruh di atas meja. Mulutnya terus sibuk mengunyah, tetapi hal itu seperti tidak menghambat pertanyaan yang ia lontarkan kepada akademian yang belum genap sehari mendiami kamar ini.
Hayzar baru saja selesai membereskan barang-barangnya. Bersiap untuk tidur, hingga netranya menangkap Jeff tengah duduk sendirian di ruang tengah kamar. Sibuk mengemil stik keju yang seharusnya menjadi suguhan di meja tengah.
"Nanya ke gue?" balas Hayzar ragu. Pasalnya, Jeff tidak jelas mengarahkan pertanyaannya pada siapa. Yang sudah pasti masih bangun tentu hanya Jeff dan juga dirinya. Zay dan Shaka sudah tertidur di ranjang atas milik Zay. Sepertinya Shaka yang pindah tidur ke ranjang Zay dan dapat Hayzar lihat, kini Shaka sudah terlelap di pelukan pria berwajah sedikit blasteran itu.
Jeff menatap ke arah Hayzar, lalu mengangguk pelan, "Shaka sama Zay, kan, udah tidur."
Hayzar tersenyum kecil, lalu melangkah menuju ruang tengah. Mengambil duduk di serong depan Jeff.
"Boleh, nanya apa?"
"Kenapa lo pilih dateng sekarang?Sebelum liburan semester? No, gue bukan menyalahkan kedatangan lo, tapi agak bingung aja. Biasanya akademian baru pada pilih dateng waktu liburan semester hampir habis, atau tepat di hari sebelum akademi mulai buka semester baru," ujar Jeff.
"I don't really know about this, tapi kayaknya orang tua gue pengen gue cepet-cepet masuk ke asrama supaya bisa lebih punya waktu buat beradaptasi sama lingkungan akademi ini, besides, surat pengunduran diri gue dari universitas sebelumnya juga udah resmi selesai. So, nggak ada alasan bagi gue buat nunda kepindahan ke asrama ini," jelas Hayzar panjang lebar.
"Ohh gitu. Sorry, but if you don't mind, gue boleh tahu di universitas lo ambil jurusan apa?" tanya Jeff lagi.
"Teknik. Teknik mesin," balas Hayzar.
"Ah, well. Mudah buat lo belajar di akademi ini," Jeff tersenyum manis. Ia menepuk pundak Hayzar pelan, "Jangan sungkan kalau lo butuh bantuan, ya. Anggep gue, Shaka, dan Zay itu temen lo. Kalau butuh apa-apa, lo bisa bilang kita. Okey?"
Mata rusa Hayzar berbinar. Ia begitu senang mendapatkan senior sekamar yang begitu baik. Ketakutannya tentang ospek akademi yang selama ini mericuhi benaknya, sedikit berkurang.
"I hope so. Makasih banyak, Jeff. Nggak nyangka gue bisa dapet senior sebaik kalian," ucap Hayzar tulus.
"Don't mind. Lo bebas, kok, kalau sama kita-kita di luar akademi. Anyway, kita sebenernya sama angkatan, gue, kan, juga baru masuk akademi tahun kemarin. Jadi gue, Zay, sama Shaka itu bukan senior lo. Nggak usah anggep kita senior kecuali formalitas di dalam akademi."
Hayzar terkekeh pelan, "Iya, sih, hehe. Okey, Jeff."
"Terus lo besok mau ngapain? Kalau kita-kita, kan, masih masuk minggu terakhir semester ini. Lo ada rencana mau keliling lihat-lihat akademi?" tanya Jeff.
Hayzar menganggukkan kepalanya, "Mungkin iya. Gue pengen academy tour gitu ceritanya, hehe," kekehnya pelan.
Jeff ikut terkekeh, sungguh pria rusa di hadapannya begitu sempurna di matanya. Lucu, imut, dan tampan menjadi sebuah kesatuan penyusun paras malaikat yang tercorak jelas.
"Mau gue anter?" tawar Jeff. Sepertinya, menghabiskan waktu dengan Hayzar akan sangat menyenangkan.
Hayzar membolakan matanya, lalu menggeleng cepat, "Eh, enggak, nggak usah, Jeff. Gue bisa sendiri, kok."
"Gue besok kelas terakhir jam 11 siang. Beneran lo bisa sendiri? Nggak butuh tour guide? Nggak takut hilang?" Jeff sedikit menaikkan alisnya, menggoda Hayzar.
Hayzar sedikit membolakan matanya bebarengan dengan poutan bibirnya, "Gue udah gede, Jeff," ucapnya. Lalu Hayzar pura-pura memasang wajah marah, alisnya dibuat menyatu curam, menampakkan seolah rusa tampan ini tidak suka diremehkan kemampuannya. Namun, reaksi yang didapatnya dari sang lawan bicara justru ledakan tawa tiada akhir. Gigi rapinya terekspos tanpa malu-malu bersamaan dengan suara tawa yang tak berhenti terdengar dari mulutnya.
Hingga kedua pemuda yang sudah tertidur lelap harus merelakan beberapa detik tidurnya karena gelegar tawa Jeff. Shaka menggeliat pelan di dalam dekapan Zay. Kepalanya semakin dalam ia benamkan pada ceruk leher Zay, berharap akan meredam suara makhluk pengganggu itu masuk ke dalam rungunya.
"Jeff, lo kalo nggak bisa diem gue sikat lo," ucap Zay dengan suara seraknya. Tangan Zay terus mengelus lembut belakang kepala Shaka untuk kembali menyamankannya seperti semula.
"Sorry, sorry, Zay. Aduh, lo beneran lucu banget, Hayzar," Jeff mengelap sudut matanya dengan pucuk ibu jari, tepat setelah menyelesaikan gelak tawanya.
"Lo kayak Shaka banget. Beneran kayak anak kecil. Menurut lo gue takut gitu dengan ekspresi muka lo yang begitu? Gemes yang ada," ujar Jeff diikuti kekehan pelan pada ujung kalimatnya.
Belum sempat Hayzar melontarkan kalimatnya, Jeff sudah terlebih dahulu menginterupsi, "Udah, lo gue temenin aja, deh, besok. Kasian anak gemes gini kalau ilang nggak ada gantinya," Jeff berdiri lalu mengusak pelan rambut Hayzar.
"Besok tungguin gue. Jam 12 kita mulai academy tour, ya."
Hayzar mematung. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Hayzar masih mematung. Detik keenam, kewarasan Hayzar baru kembali. Ia menengok ke belakang, menatap Jeff yang sudah berada di ranjangnya dan bersiap menggunakan selimutnya.
Ia abai, memilih kembali mencerna apa yang Jeff katakan padanya. Lucu? Seperti anak kecil? Gemes? Begitu katanya? Astaga, lihat. Tanpa sadar senyum Hayzar mengembang. Ada setitik kesenangan baginya ketika dibilang begitu.
Selama ini, tidak ada manusia yang pernah berkata ia menggemaskan, atau lucu, atau seperti anak kecil, selain kakaknya sendiri. Semua orang menilainya datar, pendiam, dingin, bahkan tak jarang rungunya menangkap langsung bahwa orang-orang mendeklarasikannya seperti seorang apatis. Tidak apa. Hayzar sudah tebal telinga untuk mendengarkan hal-hal seperti itu.
Maka, ketika ada orang menyebutnya dengan kata-kata yang baik, sebuah keniscayaan bahwa Hayzar yang sebenarnya berperasaan menjadi begitu bahagia. Perasaannya masih ada dan masih diakui penuh di sini.
Tidak ada hari yang lebih Hayzar syukuri dari hari ini. Mengenal dan bertemu dengan Jeff, Zay, dan Shaka sebagai teman sekamarnya, adalah anugerah yang tak akan Hayzar sia-siakan.
Dan bagian utamanya, Jeff. Pemuda yang sempat menaikkan darahnya karena insiden adu tubuh di kantin tadi. Mengenai fakta bahwa ia ternyata teman sekamar Hayzar dan ia adalah pribadi yang begitu baik dan ramah, membuat Hayzar sangat sangat tidak menyesali insiden tabrakan di kantin tadi. Toh, Hayzar tidak rugi apa pun selain sedikit rasa kram yang tersisa pada pantatnya.
🌹🌹🌹
aloooo, aku kembalii
gimanaaaa ramyeonz stan dan jayhoonist liat momen heejake + jayhoon di reality show hari ini?😭
aduh yang satu nyender di pundak, satu lagi ketawa pegang pegang lutut, yang dua dandan-dandanan sama main lompat tali bareng🙂
wkwkwkwk okeeyy segitu ajaa
enjoy this chap!🏹💛
KAMU SEDANG MEMBACA
End(less) Rainbow (HeeJake)
FanfictionHanya perihal Hayzar, si remaja hitam putih yang bertemu Jeff, seseorang yang memberi corak warna pada gurat monokromnya, lewat sebuah nampan makan siang.