16) Impact

298 32 0
                                    

🔗R.202 National Academy of Aviation, 06.00

Sinar mentari masih malu-malu tampakkan presensi. Namun, di tengah lelap yang tak pasti, Shaka sudah tergugah dan perlahan membuka matanya. Ia melihat ponselnya dan mendapati bahwa hari baru saja akan dimulai.

Dilihatnya Hayzar dan Jeff yang masih tertidur lelap di ranjang masing-masing. Meski sudah tahu pasti apa yang akan ia dapati, Shaka tetap tengok ke atas, ke arah ranjang Zay yang seperti yang kalian duga, tetap kosong.

Memang hanya Shaka dan celah harapan super besarnya yang selalu hidup dan tak tahu diri.

Shaka tak rasa punya keinginan untuk sekadar bangkit dari tempat tidur. Tubuhnya lelah, pun dengan keadaan dalam dirinya. Krisis, bingung, dan sungguh tak tahu arah.

Ia benar-benar tak tahu apa yang harus ia lakukan, apa yang harus ia berikan sebagai tanggapan. Shaka sendiri pun tak benar-benar punya intensi yang mau membawanya untuk realisasikan sebuah tindakan atau balaskan persatu serangan.

Waktu pasca tidurnya benar-benar Shaka habiskan untuk pikirkan desir hati yang mungkin akan menuntun langkahnya nanti.

"Shaka? Lo mau sarapan apa?"

Hingga tak ia sadari bahwa Jeff sudah berdiri setengah membungkuk di samping ranjangnya untuk menyejajarkan tingginya dengan ranjang bawah yang Shaka tempati.

"Hah? Enggak, nggak pengen apa-apa. Lo berdua aja," balasnya. Dilihatnya Hayzar tengah becermin, bersiap-siap pergi keluar.

"Ya Tuhan lo yang bener aja, Shak. Nggak papa kalo lo nggak mau ikut keluar, tapi seenggaknya lo bilang lo mau apa, nanti gue sama Hayzar beliin pas balik."

Shaka menggeleng, "Gue gampang. Nggak usah lo pikirin."

Jeff berdecak kesal seraya menggelengkan kepalanya. Pusing. Ia bingung harus berbuat apa supaya Shaka setidaknya berhenti uring-uringan.

Jeff dan Hayzar lalu meninggalkan asrama setelah singkat berpamitan pada Shaka. Shaka arahkan pandangannya ke arah ranjang Zay. Ia ingin Zay di sini. Ia tak peduli orang melihatnya sebagai apa tapi ia sungguh butuh Zay. Ia butuh Zay dalam hidupnya.

Ting.

Shaka membuka ponselnya dalam gerakan yang penuh ketidakniatan.

Shaka tidak akan kenal Yuna kalau saja Zay tidak mengajak Yuna berangkat bersama sebelum acara malam pentas seni yang digelar setiap tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shaka tidak akan kenal Yuna kalau saja Zay tidak mengajak Yuna berangkat bersama sebelum acara malam pentas seni yang digelar setiap tahun. Kala itu, Zay, Shaka, Jeff, pun dengan Yuna, masih merupakan akademian tahun pertama. Zay, Shaka, dan Jeff sebenarnya sudah sepakat akan berangkat bersama ke gedung lokasi, tetapi tiba-tiba Yuna menghubungi Zay dan meminta agar ikut berangkat bersamanya sebab ia belum punya kenalan akademian perempuan yang dekat.

Berangkatlah Zay, Shaka, Jeff, dan Yuna ke gedung lokasi pentas seni bersama-sama. Awalnya, Shaka dan Jeff kira, Yuna adalah pacar atau setidaknya gadis incaran Zay. Namun, saat berkenalan, ternyata mereka salah sebab Yuna adalah sahabat Zay dari kecil --begitu Zay memperkenalkannya.

End(less) Rainbow (HeeJake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang