24) Happen

229 13 4
                                    

Malam itu Jeff habiskan untuk beristirahat total. Beberapa lebamnya masih berdenyut nyeri, tetapi sudah jauh lebih mendingan daripada sebelumnya. Itu juga sebab setiap beberapa waktu bagian bulat warna ungu kehitaman itu dikompres dingin dan diberi salep oleh Hayzar. Nilai tambahan bahwa ada faktor lain yang sepertinya mempercepat pemulihannya, yakni perhatian yang Hayzar limpahkan kepadanya.

Entah berapa kali Jeff mendengar tawaran makan, minum, atau pun segala printilan yang Jeff pikir tak terlampau butuhkan. Belum lagi suara halusnya saat mentitah Jeff untuk beristirahat, diikuti elusan yang menenangkan pada pangkal hidung menuju ke dahi. Tuhan, Jeff bisa apa kalau begitu caranya?

Hingga saat ini, Jeff sudah tidur terlelap lagi-lagi di lengan Hayzar. Mungkin lengan Hayzar memang punya medan yang kuat sampai membuat kepala Jeff begitu terkait dengannya. Sementara si empunya lengan terus sibuk mengelus pelipis si remaja kecil, persetan dengan fakta bahwa Jeff sudah terlelap dari agak lama, Hayzar memang cuma mau mengelusnya saja.

Alasannya? Sederhana. Karena itu yang selalu Kak Shan lakukan kalau Hayzar sedang sakit atau butuh waktu istirahat lebih. Kalau mama sedang tidak bisa menemani Hayzar yang sedang sakit, Kak Shan pasti meluangkan waktunya untuk menggantikan posisi mama menemani Hayzar.

Hayzar tahu betapa menenangkannya elusan yang menerpa pelipisnya, betapa nyamannya kala presensi bantal digantikan oleh lengan mereka yang tersayang, betapa indahnya menyadari bahwa ada seseorang yang selalu siap menemaninya bagaimana pun perkara dunia ini bekerja.

Itulah yang kini coba ia lakukan pada Jeff. Ia ingin Jeff merasakan berbagai hal baik melalui afeksi yang ia berikan, terlepas dari badannya yang sedang tak dalam kondisi yang bersahabat.

Sebuah denting notifikasi terdengar dari ponsel Hayzar, tetapi Hayzar sudah betah pada posisinya saat ini sehingga ia mengabaikannya dan memilih untuk membukanya esok hari.

🐾🐾🐾

Arunika pagi ini tak nampak seperti biasa. Mentari pagi seolah belum berambisi memancar cahaya yang seharusnya sudah kelewat terang hingga menyilaukan mata. Seluruh bagian jumantara yang dijatah menaungi daerah akademi, bak dirundung lindap, imbaskan bias candramawa yang kirimkan larik demi larik pesan taksa.

Hayzar tergugah di tengah lelapnya sebab mendengar grasak-grusuk dari bagian atas ranjang. Ia mengintip ponsel yang ia letakkan di atas bantal. Masih pukul setengah enam pagi. Jelas masih cukup waktu untuknya kembali memejamkan mata. Mungkin lebih baik daripada mencari sumber suara kemrisik yang mengusik rungunya. Lengannya yang masih menjadi bantal bagi kepala Jeff pun, turut menyumbang suara kepada opsi "melanjutkan tidur".

🐾🐾🐾

Dering alarm pagi yang dipadu dengan goresan tipis sinar mentari, menjadi kombinasi tepat untuk menarik lelapnya salah seorang anak manusia. Diiringi sebait dua bait gerutuan yang disuarakan oleh bilah bibirnya, remaja itu duduk dan menyingkap selimut tebal yang memeluk tubuhnya sejak semalam.

"Den? Sarapan di bawah, ya. Ditunggu Papa sama Mama," suara mbak Nis menginterupsi pergerakan Shaka yang beranjak turun dari ranjang super lebarnya.

"Iya, Mbak."

Niatnya untuk pergi ke toilet dan menyikat gigi akhirnya ia urungkan. Rangkaian kegiatan pascatidur versi malas (tanpa mandi) yang dilakukannya beberapa hari terakhir --semenjak permasalahannya dengan Zay mencuat-- kini coba ia tunda. Ia bergegas keluar kamar dan turun ke lantai bawah.

Waktunya untuk bertemu papa dan mamanya jelas tidak banyak lagi. Mengingat seberapa sibuk kedua orang tuanya yang sudah bisa ia terka hanya akan mengambil sepotong roti dan meneguk sedikit jus jeruk serta kopi --untuk papanya-- kemudian berangkat ke kantor masing-masing dan sibuk dengan pekerjaannya sendiri-sendiri.

End(less) Rainbow (HeeJake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang