Tok tok tok!
Hayzar menggeliatkan tubuhnya pelan. Ia mengusak sekilas sudut matanya, lalu mengerjap, membersihkan laju pandang netranya.
Setelah dirasa pandang lurusnya sudah jelas tak bernoda, ia arahkan tatapnya pada jam dinding di kamar. Pukul setengah lima pagi.
Demi Tuhan, orang gila mana yang mengetuk kamar asrama orang lain sepagi ini?
Hayzar menatap dengan ekor mata ke arah ranjang Shaka dan mendapatinya masih terlelap tanpa bergeming. Seperti suara ketukan pintu yang riuh disuarakan itu bukanlah apa-apa.
Namun, Hayzar bisa maklumi itu sebab ia tahu, Shaka belum tidur hingga pukul satu dini hari. Semalam, Hayzar bangun sekitar pukul satu untuk memenuhi panggilan alam yang tak dapat digugat. Ketika bangun, ia mendapati Shaka masih duduk bersandar pada pinggir ranjangnya sembari memainkan ponsel. Terlihat sibuk, sampai Hayzar cuma berani lontarkan kalimat basa-basi "Lo belum tidur?" tanpa lanjut berpikiran menanyakan hal lain, seperti keadaannya atau apa yang sedang Shaka pikirkan.
Ketukan pintu itu tetap Hayzar dengar di sela lamunannya. Namun, sedetik setelah itu, ia mendengar decit aduan kayu ranjang dari daerah atasnya dan mendapati Jeff ternyata juga terbangun sebab berisiknya ketukan pintu yang masih saja tidak henti berirama.
Jeff perlahan turun dari ranjang atas, takut kalau gerakannya akan mengganggu Shaka yang terlihat masih pulas. Hayzar pun ikut bangkit walau rasa kantuk jelas masih mendominasi otaknya hingga seluruh bagian tubuhnya terasa lemas.
"Zay kali, ya?" tanya Jeff, pelan. Sangat pelan sebab dilantunkan tepat di samping telinga Hayzar yang sudah berdiri.
Hayzar mengernyitkan keningnya, "Sepagi ini?"
Jeff menggeleng samar, tak yakin juga kalau Zay datang sepagi ini sebab buat apa? Wong Zayyan bangun pagi saja kalau ada kelas pagi, itu pun di waktu yang sudah sangat mepet dengan jadwal yang tertera.
Hayzar dan Jeff tiba di depan pintu kamar yang masih kontinu diketuk. Keduanya bebarengan menyirat ekspresi ragu untuk membuka pintu kamar.
Hei, setengah lima pagi dan pintu yang diketuk tak berhenti bukanlah satu perpaduan yang menyenangkan, 'kan, untuk dialami?
"Orang bukan, ya?" tanya Hayzar pelan.
Ya, itu. Momok pertama, bagaimana kalau yang mengetuk itu bukan orang?
"Gimana kalau orang jahat?" balas Jeff.
Momok kedua, orang jahat.
Namun, yang itu jelas ditampik Hayzar sebab pertama, kalau memang orang itu berniat jahat, kenapa susah-susah mengetuk pintu kamar? Kenapa tidak langsung masuk dengan kunci cadangan dan merealisasikan niatnya? Kedua, gedung asrama dijaga ketat oleh dua orang satpam, sementara keseluruhan gedung akademi pun dijaga oleh satpam yang tak pernah Hayzar hitung pasti berapa jumlahnya. Peluang adanya pencuri atau pelaku kejahatan di asrama jelas tak sebesar itu. Ketiga, memang penghuni kamar ini punya masalah apa dengan orang luar? Rasanya --selama Hayzar di sini-- tidak ada. Semua baik, hanya ada masalah yang sekarang nyatanya malah menempatkan dua orang penghuni kamar ini di posisi terpojok. Bukan sebaliknya.
"Ya udah buka, ya? Lo jaga-jaga ambil apa kek gitu buat antisipasi," pinta Jeff.
Meski kekeuh menampik kalau di luar itu bukanlah orang jahat, tetap saja otak Hayzar berputar mengikuti segala hal yang Jeff perintahkan.
Entah dimana rasionalitas yang biasanya luap penuhi benak Hayzar tanpa celah.
Hayzar bergerak mengambil bantal di sofa, sementara Jeff perlahan memutar anak kunci pintu kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
End(less) Rainbow (HeeJake)
FanfictionHanya perihal Hayzar, si remaja hitam putih yang bertemu Jeff, seseorang yang memberi corak warna pada gurat monokromnya, lewat sebuah nampan makan siang.