"Zar, pelan-pelan aja jalannya. Aduh, sakit tangan gue."
"Hayzar! Ya Tuhan, sakit."
"Zar! Gue bisa jalan sendiri, lepasin ini pegangannya, sakit."
Dan berbagai penolakan terus terlontar dari belah bibir Jeff. Namun, tak ada yang berubah. Satu-satunya hal yang berubah hanyalah langkahnya yang semakin cepat sebab Hayzar menariknya lewat genggaman yang ia sematkan pada pergelangan tangan Jeff.
Hayzar berhenti ketika tapak kaki mereka sudah sampai di teras pinggir gedung asrama. Teras ini kerap digunakan oleh akademian untuk bersantai-santai ria, sekadar untuk melihat-lihat pemandangan di sekitar gedung asrama atau bahkan sesepele menunggui matahari tenggelam kala senja.
Di waktu pagi menjelang siang ini, tak ada akademian lain yang sedang berada di teras. Hanya ada Hayzar yang belum mau mengungkap makna dan Jeff yang berdiri di pihak terpaksa.
Jeff mengempaskan genggaman kencang Hayzar. Kemudian Jeff sempatkan menilik sekilas pada pergelangan tangannya yang kini penuh ruam merah sebab sempat adanya tekanan dari tangan Hayzar baru saja.
"Lo tuh kenapa, sih, Zar?" tanya Jeff sembari meniup pelan pergelangan tangannya yang terasa perih.
"Ada yang mau gue omongin."
"Sepenting itu sampe lo bikin tangan gue merah gini?" balas Jeff sarkas.
Hayzar mengembuskan napasnya pelan, "Sorry, Jeff. Gue butuh cepet ngomong sama lo soalnya."
"Apa?"
"Tentang Zay sama Shaka."
"Kenapa?"
"Do you really try to do what Zay's mommy asked?" tanya Hayzar.
Jeff mengernyitkan dahinya, "Zay's mommy asked? Yang mana?"
"Jauhin Zay dari Shaka," jawab Hayzar lugas.
Jeff terkekeh pelan. Terdengar setengah mengejek bagi telinga Hayzar, sebenarnya.
"And what do you expect me to do?" tanya Jeff balik.
"Huh? Mereka temen lo, Jeff. Temen gue juga sekarang. Kok bisa-bisanya lo nurutin permintaan yang mengharuskan lo buat ciptain jarak di antara kedua sahabat lo yang lain?" cecar Hayzar setengah emosi, "Both Zay and Shaka is your bestfriend, man!"
"And this is what I must do as bestfriend!" sentak Jeff.
"Apa? Emangnya nggak ada jalan lain selain lo nurutin permintaan mama Zay buat jauhin Zay sama Shaka? Lo tuh mikir Jeff, gimana perasaan Zay sama Shaka. You really do know how much they need each other. And you here as bestfriend just standing quiet even trying to separate them? Lo mikir coba."
"Mikir? Coba sekarang lo yang mikir! Lo nggak perlu bawa-bawa perasaan kalo lo sendiri nggak pernah tahu apa yang tepatnya Shaka atau Zay rasain selama ini. You act like a hero while actually you're doing nothing except make this situation become more chaotic!" Jeff menatap Hayzar nanar, "Lo orang baru dan lo langsung menilai gue jelek cuma karena dari point of view lo, apa yang gue lakuin nggak selaras sama pendapat lo. Lo bahkan nggak kasih kesempatan buat diri lo eksplor lebih luas lagi buat lihat dari POV gue, dari POV pihak lain. Lo pikir apa yang salah di mata lo adalah salah mutlak and I don't have any chance for explain it."
Jeff menelan ludahnya kasar, menahan air mata yang sudah penuh menggenang di pelupuk mata.
"Gue sejahat itu, 'kah di mata lo, Zar? Gue bahkan berusaha percaya sama lo di masa temenan kita yang masih seumur jagung ini. Gue udah ceritain banyak hal sama lo, tapi ternyata itu nggak membantu lo buat lebih ngerti gue, ya? Gue pikir lo orang yang bisa jadi tempat yang nyaman buat gue, tapi ternyata lo cuma orang yang bisa sedalem ini nyakitin gue. Lo hebat," sebulir air mata jatuh menetes dari kelopak Jeff kala netranya sudah tak mampu menahan perih sebab didesak air mata yang ragu-ragu mau tampakkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
End(less) Rainbow (HeeJake)
Fiksi PenggemarHanya perihal Hayzar, si remaja hitam putih yang bertemu Jeff, seseorang yang memberi corak warna pada gurat monokromnya, lewat sebuah nampan makan siang.