Hanya perihal Hayzar, si remaja hitam putih yang bertemu Jeff, seseorang yang memberi corak warna pada gurat monokromnya, lewat sebuah nampan makan siang.
"Kenapa harus lagi?" tanya Hayzar. Keningnya berkerut, terpancar sedikit rasa tak terima pada air mukanya.
"Because you should, Zar. Dari dulu Papa dan Mama ingin kamu jadi pilot. Kamu tahu itu, kan?" jawab papa. Tangannya sibuk menuangkan gula halus pada kopi hitam yang mungkin dirasanya belum terlalu manis.
"Ya, tapi--"
"Hayzar harus mau, ya. Papa udah bayar biaya kampus dan asramanya buat kamu. Surat kepindahan kamu dari universitas yang sekarang, biar Papa yang urus. Kamu masih punya waktu seminggu untuk packing dan nyiapin semua kebutuhan buat di asrama," pungkas papa. Tegas dan sudah pasti tak dapat dibantah oleh seorang Hayzar --yang selalu berjalan di atas keinginan orang tuanya bak robot hidup.
National Academy of Aviation atau Akademi Nasional Penerbangan. Di situlah papa ingin Hayzar menuntut ilmu. Sedari kecil, Hayzar terpaksa bercita-cita menjadi pilot. Kenapa terpaksa? Menjadi pilot bukanlah keinginan dari dalam hatinya, tetapi keinginan orang tuanya. Dan seperti yang kalian dapat simpulkan, Hayzar hanya mampu menuruti orang tuanya and always pretend that he wanna be a pilot.
🐾🐾🐾
🔗DormitoryR. 202 National Academy of Aviation // 23.47
Jeff merapatkan selimutnya, kelopak matanya sudah siap menutup harinya yang cukup berat --sebelum seorang aneh tiba-tiba naik ke atas ranjang tingkat duanya.
"Anjir, lo ngapain disini, Zay? Tidur, udah malem," gusar Jeff frustasi. Oh, Tuhan. Ia hanya mau mengistirahatkan badannya yang begitu lelah karena seharian ini ada rapat untuk salah satu acara di akademinya.
"Lo tahu, ngga?" tanya Zay. Mukanya yang begitu polos sungguh membuat Jeff menahan tawa di tengah rasa kesalnya.
"Ya mana gue tahu kalo lo ngga bilang, dodol," umpat Jeff.
"Mau ada yang pindah ke sini! Ke asrama kita, woi!" ucap Zay begitu antusias. Entah, Jeff juga tidak tahu mengapa anak ini terlihat begitu senang akan kehadiran orang yang bahkan mungkin tidak pernah ia kenal sebelumnya.
"And should you excited for that? Emang kenapa? Bukannya udah biasa, ya, kalo ada akademian baru?" tanya Jeff keheranan.
Pasalnya selama ini, Jeff dan Zay sudah begitu banyak menerima dan beradaptasi dengan orang-orang baru yang datang di akademi mereka. So, there's no reason for being too excited, right?
"Dia bakal ke kamar ini, Jeff! For God sake, akhirnya ranjang bawah gue bakal ada yang nempatin!"
Jeff mendengus pelan, tetapi tersenyum kecil setelahnya. Dari satu tahun yang lalu, ketika awal masuk akademi dan tinggal di asrama, Zay memang tidak pernah berhenti mengocehkan perihal ranjang tingkat bawahnya yang kosong. Untuk kalian tahu, di asrama ini, tiap kamar seharusnya diisi oleh empat orang, dengan dua buah ranjang tingkat dua. Akan tetapi, kamar Jeff hanya diisi oleh tiga orang saja, Jeff, Zay, dan Shaka--teman kamar mereka yang sekarang sudah meringkuk dan mendengkur halus di bawah selimutnya-- dan ya, ranjang tingkat bawah Zay kosong. Setiap hari, ada saja cerita yang dibawa Zay mengenai malam sebelumnya, entah ada yang mendengkur di ranjang tingkat bawahnya, ada yang menggoyangkan ranjangnya, ada langkah kaki yang datang menuju ranjangnya. Kadang semua khayalan yang Zay pikirkan begitu melewati akal sehatnya, hingga ia harus menyelipkan tubuhnya entah di sebelah Jeff atau Shaka untuk bisa tidur nyenyak. Tetapi, yang jelas Jeff tidak pernah merasakan itu selama di asrama ini. Semuanya begitu aman baginya --tidak seperti di sebuah tempat yang ia sebut 'rumah'.
"Ya, udah lo balik ke ranjang lo, sono. Gue mau tidur, ngantuk," usir Jeff. Tangannya mendorong pelan Zay yang masih berdiri di anak tangga ranjangnya.
"Ngga sekarang, Zay. Gue cape banget pengen telentang tidurnya. Udah sono, kaga bakal ada apa-apa juga. Gue sama Shaka, kan, di sini."
Jeff mengarahkan pandangnya hingga Zay naik ke atas ranjang tingkat duanya. Sejujurnya ia khawatir Zay tidak bisa tidur lagi, tetapi badannya sedang tidak bersahabat dan ia tidak akan mampu kalau harus tidur berhimpit-himpit dengan Zay.
Jeff merapatkan selimutnya kembali dan menutup kelopak matanya. Semburat cahaya bulan yang masuk lewat ventilasi kamarnya, siap menemaninya menggaungi mimpi indah malam ini.
Oh iya, beberapa dari kalian mungkin bertanya, dari mana Zay mendapatkan informasi tentang akademian baru. Sebagai tambahan informasi, Zay adalah anak dari kepala asrama Akademi Nasional Penerbangan. Tidak heran, setiap ada akademian baru yang masuk atau akademian lama yang keluar, ia pasti menjadi orang nomor satu yang mengetahuinya --setelah orang tuanya tentunya.
🌹🌹🌹
New Character Unlocked🔓
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Akra Zayyan Bagaskara
Salah satu teman kamar Jeff yang sangat ribut dan tak bisa diam. Khayalan berbau mistis tidak akan pernah bisa lepas dari kehidupan seorang Zay. Terlepas dari itu, pribadinya yang ceria dan hiperaktif, membuatnya kerap dipanggil "Happy virus" oleh teman-temannya. Meski begitu, ia juga punya sisi baik, peduli, dan berpendirian tangguh sehingga ia diamanahi menjadi ketua untuk organisasi badan amal di akademinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Shaka Jayendra
Teman kamar Jeff yang lainnya. Remaja laki-laki yang terlihat misterius, tetapi sebenarnya penuh keantusiasan dalam segala yang ia lakukan. Parasnya yang tampan membuatnya begitu digandrungi oleh perempuan di kampusnya. Karakternya cukup individualis dan benci bekerja dalam tim, akan tetapi mempunyai rasa peduli yang begitu kuat sehingga begitu disayangi oleh kedua sahabatnya.