Abaikan timestamp pada ruang chat.
🔗R. 202, Dormitory of National Academy Of Aviation, 14.50
"Shaka, gue mau ke minimarket dulu, lo mau titip?" tanya Hayzar. Shaka yang tengah tengkurap memainkan ponselnya di ranjang Zay, mengalihkan atensinya pada sang sumber suara.
"Enggak, deh, Zar. Lagi nggak pengen apa-apa."
"Okey, gue pergi dulu," pamit Hayzar. Suara tutup pintu kemudian terdengar pada rungu Shaka.
Tinggalah Shaka seorang diri di kamarnya. Kelas mereka sudah berakhir pukul satu siang tadi. Zay belum bisa kembali ke asrama karena tengah sibuk mengurus perizinan acara donasi dari badan amalnya, sementara Jeff pun tak jua kembali ke asrama. Tadi pamitnya, sih, cuma mau fotokopi tinjauan materi dasar dari pengajar.
Shaka membelalakkan matanya kala sebuah pop up notifikasi muncul di bagian atas ponselnya.
"Should I?"
🐾🐾🐾
Zay mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Ia dan salah satu temannya baru saja terbebas dari keributan mencari tanda tangan pembimbing dan kepala akademik untuk acara donasi tahunan yang akan dilaksanakan pada hari terakhir semester ini.
Jangan tanya mengapa Zay nampak begitu lelah. Jelas, mencari banyak tanda tangan dan mengejar waktu sebelum orang-orang yang dibutuhkan izinnya pulang kembali ke rumahnya, benar-benar memaksa Zay dan temannya untuk terus berlari dari satu gedung ke gedung lainnya, mencari petinggi-petinggi akademi yang goresan tangannya begitu bernilai tinggi.
"La, duduk dulu bentar. Ngos-ngosan gue," ucap Zay pada temannya, Mala. Ia segera mengambil duduk pada bangku di pelataran gedung A. Mala yang merupakan sekretaris badan amal dan diberi tugas membantu pekerjaan Zay, hanya tersenyum lalu mengikuti atasan organisasinya untuk duduk beristirahat.
"Lo kayak nggak pernah lari-lari nyari tanda tangan aja, Zay," ucap Mala. Sengaja menggoda Zay karena memang pada kenyataannya, Zay tidak pernah sekali pun turun lapangan apalagi untuk berlarian mencari gores tanda tangan sialan.
"Ya emang nggak pernah, anjir," balas Zay setengah kesal. Cuaca yang panas dan tubuhnya yang terasa lelah, sungguh membuat pitamnya lebih cepat meningkat.
"Hahahah, mau minum nggak?" tawar Mala. Basa-basi saja, sih, kalau boleh jujur niatnya itu. Mala juga begitu lelah untuk melangkah menuju minimarket yang sebenarnya jaraknya kurang dari seratus meter dari lokasi mereka melepas lelah saat ini.
"Boleh. Sana, La. Gue mau cola satu aja," yang lebih bagusnya lagi, basa-basi Mala ditanggapi dengan amat baik oleh lelaki yang merupakan ketua organisasinya itu. Setelah sibuk mengelap keringat di dahinya, ia mengeluarkan dompetnya, lalu menyerahkan uang kepada Mala, "Lo beli apa aja terserah. Thanks, La."
Dan Mala hanya bisa tersenyum kecut menanggapinya. Ya, baginya, ada sepucuk laba, sih, sebenarnya. Setidaknya tenaga Mala untuk berjalan jauh menuju minimarket itu, digantikan oleh traktiran Sang Ketua.
🐾🐾🐾
"K-kenapa lo nge--"
BUGH!
"Nggak papa. Pengen aja. Seru, kan? Nggak, sih, sebenernya nggak seseru itu, lo nggak bisa ngelawan soalnya."
Plak!
KAMU SEDANG MEMBACA
End(less) Rainbow (HeeJake)
FanfictionHanya perihal Hayzar, si remaja hitam putih yang bertemu Jeff, seseorang yang memberi corak warna pada gurat monokromnya, lewat sebuah nampan makan siang.