10) Woman

348 55 8
                                    

Jeff sontak membolakan matanya. Tangan berbalut hoodie-nya semakin gencar menghapus secara berantakan bagian-bagian wajahnya, mulai dari pipi hingga dekat pelipis. Berusaha menutupi jejak-jejak air pilu yang sebenarnya ia begitu yakin akan tetap tercetak jelas di sudut-sudut wajahnya.

Tangan itu diambil alih oleh lelaki di hadapannya, ditahan, lalu digenggam erat. Tak dibiarkannya mengusak kasar bagian-bagian wajahnya kembali, terutama kulit pipi dekat mata Jeff yang sudah memerah sebab terus dihajar lengan hoodie yang cukup kasar.

"Jeff, berhenti, kulit lo bisa iritasi," Hayzar menggoyangkan kedua tangan Jeff yang meringkuk nyaman dalam genggamannya. Jeff terus saja mengedarkan pandangnya kemana pun yang ia bisa, cukup asal tak menatap mata rusa Hayzar yang jelas tepat di hadapannya.

Hayzar dalam senyap terus menatap Jeff. Menunggunya hingga mampu setidaknya mengucap kata. Hayzar tak mau memaksa sebab ia tahu bahwa ia hanya seorang teman yang bahkan baru berkenalan beberapa kala.

"L-lo ngapain di sini, Zar?" Jeff akhirnya membuka kata. Pelan. Sangat pelan hingga rasanya suara itu dapat hilang dikalahkan embus angin malam.

Jangan lupakan mata Jeff yang masih mengedar pandang. Tangannya yang digenggam Hayzar berusaha ia lepaskan. Jelas Hayzar tahu Jeff berusaha menutupi semua hal yang Hayzar lihat baru saja.

"Harusnya gue yang nanya nggak, sih? Kenapa lo di sini? Sendirian? Lo tadi izin mau ke cafe, kan?" tanya Hayzar kembali.

Seolah tak mau terkalah, Jeff membalas tanya Hayzar, "G-gue emang ke cafe. Tapi gue istirahat dulu di sini, tadi."

Yang justru membuat remaja mata rusa semakin bingung sekaligus gemas karena pribadi kecil di hadapannya ini begitu sulit untuk mengaku.

"Jangan bohong, Jeffan. Barista di cafe itu bilang nggak ada pelanggan yang ciri-cirinya sama kayak lo."

Jeff membolakan matanya, menatap Hayzar terkejut, "L-lo nanyain gue ke barista?"

"I'm looking for you, Jeffan. If I didn't ask someone, how can I find you?"

Jeff menatap Hayzar dalam diam. Entah apa yang ada di alam pikirannya saat ini.

Hayzar mengambil pergelangan tangan Jeff kembali, lalu sedikit membantunya untuk duduk di kursi halte.

Hayzar balas menatap Jeff. Mengembalikan seutuhnya pancar netra remaja di hadapannya. Tidak. Hayzar tidak memaksa. Hayzar tidak terlalu butuh untuk mendengar alasan Jeff duduk seorang diri di sini kalau memang Jeff tak mau mengatakannya. Hayzar cuma mau Jeff tidak menghilang seperti ini. Cuma itu.

"Ya udah, ayo pulang," cicit Jeff. Tangannya yang tenggelam penuh dalam lengan hoodie kebesarannya meraih pergelangan tangan Hayzar. Sepertinya hanya untuk mengalihkan perhatian Hayzar pada Jeff.

Hayzar menahan tangan Jeff yang mungil melingkari pergelangan tangannya, "Air mata lo hapus dulu yang bener. Nanti kalau ditanyain Zay sama Shaka, lo bingung jawabnya."

Hayzar menyerahkan sapu tangan polkadot berwarna merah muda ke hadapan Jeff. Jeff terperanjat. Siapa yang nggak bingung, sih, remaja pria kurang senyum seperti Hayzar membawa sapu tangan polkadot merah muda yang begitu menggemaskan?

Jeff menyimpul senyum sekilas, lalu meraih sapu tangan itu dari tangan Hayzar. "Gemes banget sapu tangannya."

"Guenya iya, nggak?" tanya Hayzar.

Jeff membolakan matanya menatap Hayzar, "Apa, sih, lo."

Ia memukul pelan lengan Hayzar lalu melanjutkan membersihkan bagian wajahnya yang masih terasa lengket akibat air mata.

End(less) Rainbow (HeeJake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang