Namjoon itu suka Americano yang pahitnya melebih pahit kehidupan. Hoseok pernah satu kali membelikan untuk Seokjin, dan itu menjadi yang terakhir kalinya untuk
Seokjin minum minuman itu. Kalau kata orang rasanya bisa manis di akhir, bagi Seokjin rasanya sama pahitnya saat masuk dan setelah ditelan.Seokjin tak pernah melihat Namjoon membeli minuman lain selain Americano. Kalau tidak yang panas, dia akan membeli yang dingin. Kalau tidak dari Starbak, dia akan membeli yang kalengan dari minimarket. Mau darimana pun itu, yang penting minumannya harus Americano.
Selera minumannya Namjoon sangat berbeda dengan Seokjin yang lebih suka manis dan banyak krim. Kalau minuman mereka berdua disandingkan, Seokjin jadi ingat ada meme gambar dua rumah dengan perbedaan warna yang sangat mencolok—yang satunya hitam dan satunya lagi penuh warna.
Seokjin tadi bilang kalau Americano yang Hoseok belikan adalah yang terakhir
untuknya. Tapi, sebenarnya Seokjin pernah tak sengaja minum Americano lagi beberapa waktu lalu.Saat itu Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik sedang bertanding basket. Seokjin baru menyelesaikan kelasnya dan langsung menuju lapangan tempat pertandingan sambil berlari. Apalagi saat tahu kalau fakultas mereka sudah kecolongan dua skor dari lawan. Seokjin yakin absennya dia dari lapangan adalah penyebab hilangnya semangat dan daya juang tim basket fakultasnya itu.
Sesampainya di lapangan, Seokjin segera mencari tempat dimana Namjoon duduk. Dia bilang tempat untuk Seokjin sudah diamankan dari orang-orang yang ingin duduk di sebelahnya, jadi dia hanya perlu datang tanpa perlu berdesakan mencari tempat.
“Kelasmu sudah selesai?” Namjoon merapikan tasnya dari tempat duduk di sebelahnya agar Seokjin bisa segera duduk.
“Masih dua kosong?” tanya Seokjin yang langsung duduk berdempetan dengan Namjoon karena mahasiswa di sebelahnya mendesak Seokjin untuk memberikan ruang demi orang lain di tempat lain.
“Tampaknya tidak ada harapan untuk menang,” jawab Namjoon putus asa sambil menyodorkan gelas kopinya pada Seokjin.
Namjoon yang melihat Seokjin datang dengan napas tersengal-sengal, keringat yang mengucur dari dahi sampai ke dagu, membuat Namjoon reflek memberikan gelas kopinya pada Seokjin. Dia lupa kalau Seokjin tak bisa minum kopi hitam, begitupun Seokjin yang terlampau haus. Seokjin tanpa ragu langsung mengambil gelasnya danmenyedot isinya yang dingin itu. Sensasi dinginnya memang menyenangkan, tapi
rasanya berhasil membuat Seokjin nyaris muntah.“Astaga…” gumam Seokjin mengernyitkan dahi sambil menutup kedua matanya erat-
erat. Namjoon yang panik langsung mengambil gelas kopinya dari tangan Seokjin.“Sorry. Aku lupa,” ucapnya merasa bersalah.
Seokjin tidak bereaksi apa-apa karena dirinya sibuk menetralkan kepalanya yang masih pusing karena efek kopi. Namjoon sampai harus bergegas keluar dari tempat duduknya dan pergi secepat mungkin unuk membelikan Seokjin air mineral botol.
Setelah kejadian itu, Namjoon tiba-tiba ‘mengubah’ preferensi seleranya dengan minum yang manis-manis, meski hanya beberapa kali. Namjoon sebenarnya masih suka membawa gelas Americano kemana-mana, tapi ada kalanya dia membawa Latte atau Frapucinno ke dalam kelas yang tak pernah habis dia minum.
“Namjoon?”
“Iya?”
“Bukannya kau tak suka manis?”
Namjoon menoleh ke arah mata Seokjin yang menatap gelas minuman berukuran besar dengan isi berwarna merah dengan krim kocok di atasnya. Warna minuman yang terlihat sangat menyegarkan untuk tenggorokan Seokjin yang sejak tadi hanya
melihatnya. Tapi, itu bukan miliknya, melainkan punya Namjoon.“Sejak kapan kau jadi sering beli minum yang berwarna seperti itu?” tanya Seokjin lagi, penasaran.
“Strawberry milkshake. Mau coba?”
Namjoon menggeser gelasnya ke hadapan Seokjin yang langsung mengangguk mengiyakan. Satu kata yang terpikirkan oleh Seokjin ketika menyedot minumannya: manis.
“Kau yakin tidak salah beli, Joon?” tanya Seokjin sembari mengembalikan gelasnya ke
Namjoon lagi.“Kau tidak suka?” Namjoon malah bertanya balik.
“Suka, sih… rasanya enak. Kau beli di mana? Yang di depan kampus?”
“Kalau kau suka, minum saja.”
Seokjin sampai terbengong sendiri, lagi-lagi tak mengerti apa maksud Namjoon. “Serius
untukku?” tanyanya.Namjoon, yang masih terpaku pada layar laptopnya, menjawab santai tanpa melirik. “Minum saja kalau kau suka. Lagipula aku tak suka manis.”
Langsung muncul pertanyaan di kepala Seokjin yang terbengong-bengong.
Kalau kau tak suka kenapa dibeli? Kalau pada akhirnya minuman ini untukku kenapa tak kau berikan saja dari awal? Apa sekarang kau sedang kebingungan dengan identitasmu, Joon? Ada apa denganmu akhir-akhir ini?
Tak ada satupun pertanyaan yang Seokjin tanyakan saking bingungnya dia dengan sikap Namjoon. Apalagi mengingat sifat Namjoon yang tak suka diberi banyak pertanyaan. Dia bisa kesal dan akan mendiami Seokjin sampai besok pagi.
Namjoon membuyarkan lamunan Seokjin dengan menaruh gelas milkshake tadi di sebelah laptop Seokjin lalu menepuk bahunya sebelum beranjak pergi. “Aku pesan minum dulu.”
Tak lama Namjoon kembali dengan sepotong cheesecake untuk Seokjin dan segelas Americano dingin yang langsung dia sedot tiga kali seperti orang kehausan. Sampai sesi belajar mereka selesai, Seokjin tak kunjung mendapat jawaban atas pertanyaannya: kenapa Namjoon membeli minuman manis jika pada akhirnya Seokjin yang minum sampai habis?
Sungguh. Namjoon itu aneh.
[To Be Continued]gaes, cerita ini ada selingan sosmed au nya di twitter aku. kalian bisa cek di akun alpakakoala.
tapi itu cuma selingan aja. gak baca pun gapapa kok. soalnya aku lebih fokus di sini sekarang^^
![](https://img.wattpad.com/cover/298593457-288-k396224.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphabet
FanfictionSeokjin punya teman sekelas yang aneh namanya Kim Namjoon. Mereka sama sekali tak punya kesamaan kecuali jenis kelamin. Seokjin akan sebutkan perbedaannya dari A sampai Z tentang Namjoon. alpakakoala, 2022