-D-

1.2K 203 11
                                    

Kim Namjoon itu aneh.

Dan orang aneh itu kini sedang duduk di hadapan Seokjin, menyantap garlic bread sambil menatap pemandangan kota lewat jendela. Sudah lima belas menit sejak
makanan tersaji di atas meja. Makanannya juga hampir habis setengah, tapi tak terlihat tanda sang wanita datang menampakkan wajah.

"Joon."

Yang dipanggil langsung menoleh dengan mulut masih mengunyah potongan pizza.

"Kau tidak coba telepon dia?"

Ada hening di antara mereka karena Namjoon tak langsung menjawab. Kemudian dia memasukkan seluruh roti yang tersisa di tangannya masuk ke mulut dan menjawab dengan mulut penuh.

"Dia akan datang."

"Serius?"

"Hmm."

"Kita tak perlu menjemputnya?"

"Tidak apa-apa."

"Kau yakin?"

"Hmm."

Sebenarnya masih banyak pertanyaan yang ingin Seokjin tanyakan. Tapi, melihat Namjoon yang setengah hati menjawab dan hanya berdehem sambil memalingkan
wajah, Seokjin terpaksa mengurungkan niat dan menyimpulkan sendiri situasi di antara mereka.

"Kau bilang Hoseok pergi kencan dengan Yoongi?" tanya Namjoon tiba-tiba.

Seokjin mengangguk cepat dengan pizza di mulut lalu menaruh makanannya kembali ke atas piring kecil. "Hoseok sudah lama mendekati Yoongi. Jadi, saat akhirnya Yoongi mau diajak pergi, Hoseok gila-gilaan merias diri dan menyiapkan semuanya hanya untuk membuat Yoongi terkesan."

Namjoon tampak tertarik. "Oh ya?"

"Iya! Hoseok sampai datang ke rumahku, bertanya pakaian apa yang harus dia beli, juga tempat apa yang seharusnya mereka kunjungi saat kencan. Jadi, kuberi tahu kalau bagusnya dia pakai ini dan itu, kemudian datang ke tempat ini dan itu."

"Oh begitu." Namjoon mengangguk-angguk. "Kau kenal Yoongi?"

Seokjin nyengir kuda. "Tidak, hehe. Tapi aku yakin saja Yoongi bakal suka penampilan
Hoseok yang kupilihkan itu. Aku ini lumayan bisa memadu padankan pakaian."

Namjoon tertawa mendengus dan menggeleng-geleng melihat Seokjin dengan
kepercayaan dirinya itu.

"Kalau menurutmu, aku hari ini bagaimana?"

Mata bulat Seokjin mengerjap-ngerjap, agak terkejut dengan pertanyaan Namjoon. Tapi,
daripada itu, dia lebih terkejut mendengar nada suaranya yang terdengar hangat dan
bersahabat daripada biasanya yang dingin dan menusuk.

"Apa kau bilang?"

"Penampilanku."

"Penampilanmu?"

Tatapan Namjoon yang lurus ke Seokjin terlihat sekali sedang menanti pendapat Seokjin dengan ekspetasi. Entah kenapa suasana di antara mereka berubah aneh daripada biasanya. Namjoon yang biasanya tak peduli dengan pendapat orang lain dan selalu bersikap semaunya, tiba-tiba bertanya soal penampilannya pada Seokjin.

"Ingin yang jujur atau yang ingin kau dengar saja?"

"Kenapa harus dipisah?" tanya Namjoon mengernyitkan dahi.

"Iya ya... Aku tadi bicara tanpa berpikir. Saat dipikirkan lagi, pujian untukmu itu tidak
perlu dibedakan karena kau memang tampan, tinggi, pintar, dan suaramu bagus. Aku yakin wanita yang kau sukai juga menyukaimu karena penampilanmu ini."

Namjoon terdiam, lagi. Dia menatap Seokjin tanpa kata, cukup serius sampai Seokjin
bingung dan juga cemas. Mungkin saja ada perkataannya yang salah atau terlalu
berlebihan sampai membuatnya tak nyaman.

AlphabetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang