Namjoon itu aneh.
Dia bahkan lebih aneh lagi setelah tadi malam.
Namjoon yang biasanya tak pernah menjemput Seokjin karena perbedaan jalur dan jauhnya jarak rumah satu sama lain, tiba-tiba dia bilang sudah ada di depan apartemen Seokjin. Tanpa pesan sama sekali.
“Nomor unitnya berapa?”
“Unit apa?”
“Apartemenmu.”
“Apartemenku?”
Seokjin yakin Namjoon sedang mencoba sabar saat dia dengar helaan napasnya di seberang telepon. “Iya. Nomor unit apartemenmu berapa, Seokjin? Aku ada di depan gedung sekarang.”
Bohong kalau Seokjin tak bingung sampai mengernyitkan alis. Terlebih dia baru saja membuka mata. Setengah nyawanya yang semalaman berjalan-jalan entah kemana pun masih berusaha kembali ke tubuhnya.
“Hah? Kenapa kau ada di depan apartemenku?”
“Menjemput Si Pemalas. Apalagi?”
Seokjin hampir menyembur tawa melihat perubahan Namjoon yang tiba-tiba. Tapi dia lebih tersinggung dengan ejekan Namjoon yang menyebutnya pemalas. Dia langsung menendang pria itu ketika dia sudah duduk di kursi belajar di dalam kamar Seokjin. Namjoon tentu tak masuk sendiri dan Seokjin sudah pasti tak mungkin akan
membiarkan pria itu masuk semudah ini. Tapi ibunya yang menyuruh Namjoon masuk dan menunggu Seokjin di dalam kamarnya saja.“Auw! Kenapa menendangku?!” raung Namjoon galak sambil mengusap tulang keringnya yang berdenyut nyeri.
“Kau kenapa ke sini, huh?”
“Menjemputmu.”
“Aku punya hutang padamu sampai kau harus melihatku pagi-pagi begini?”
“Eum… tidak?”
“Jawab, Namjoon.”
Namjoon menghela napas lagi dengan malas. “Aku hanya ingin menjemputmu. Apa itu aneh?”
“Iya. Aneh.”
Namjoon sampai tak bisa berkata-kata dan hanya menatap Seokjin sambil menghela
napas. Seharusnya Seokjin yang lelah melihat tingkah Namjoon yang tiba-tiba
seenaknya. Bukan Namjoon sekali, meskipun selama ini dia memang seenaknya.“Cepatlah mandi,” perintah Namjoon sambil mengibas-ngibaskan tangannya mengusir.
“Kelas masih 2 jam lagi, Namjoon.”
“Iya. Kita sarapan di luar.”
Seokjin hampir tergiur karena Namjoon menyebut makanan. Tapi, dengan cepat Seokjin kembali sadar pada rencana awalnya: mengusir Namjoon dan kembali tidur satu jam lagi. Serius. Seokjin masih terlalu mengantuk untuk pergi ke kampus lebih awal, pun rasanya percuma menghabiskan waktu untuk meladeni kekonyolan Namjoon yang entah datang dari mana.
“Aku yang traktir—“
Sial.
“—dengan cemilannya juga.”
Inilah akibat terlalu terbuka pada lawan. Dia tahu kelemahanmu dan mulai mengendalikanmu dengan mudah seperti membolak balikkan telapak tangan. Dan Namjoon berhasil menaklukan Seokjin hanya dengan satu kalimat. Dia bahkan
tersenyum melihat Seokjin yang terdiam, mengetahui temannya itu tak pernah bisa
berkutik di depan tawaran makanan.“Kau kubiarkan kali ini saja. Lain kali aku akan melemparmu ke jendela, Joon.”
Seokjin berlalu pergi setelah mengancam dengan tajam. Dia sebenarnya berusaha untuk biasa saja, tapi Namjoon tak melihat apakah gerakan Seokjin yang terburu-buru saat mengambil handuk dan pakaian ganti sampai terpeleset keset kaki itu adalah sikap yang ‘biasa saja’.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alphabet
FanfictionSeokjin punya teman sekelas yang aneh namanya Kim Namjoon. Mereka sama sekali tak punya kesamaan kecuali jenis kelamin. Seokjin akan sebutkan perbedaannya dari A sampai Z tentang Namjoon. alpakakoala, 2022