Jika boleh ditanya ke orang-orang soal pendapat mereka tentang Namjoon dan Seokjin, mereka pasti tidak akan percaya kalau dua orang dengan kepribadian yang sangat bertolak belakang ini adalah teman akrab sejak freshman party.
Tak hanya kepribadian, tapi kebiasaan mereka juga sangat berbeda.
Namjoon itu tipe orang yang lebih suka menghabiskan waktu di tempat sunyi seperti perpustakaan atau ruang klub jurusan yang nyaris tak pernah dijamah orang. Berbeda dengan Seokjin yang senang berpesta ria dari malam sampai pagi, pun tak pernah absen menampakkan diri di setiap pertemuan mahasiswa.
Namjoon itu benci keramaian, sedangkan Seokjin suka menjadi pusat perhatian. Karena itu lah, sulit mengajak Namjoon pergi jika ada pesta dengan mahasiswa sejurusan. Seokjin sebenarnya bisa pergi sendirian, tapi teman-temannya tidak akan pernah membiarkan Seokjin menikmati pesta karena terus datang menanyakan Namjoon. Jadi, mau tak mau Seokjin harus menyeret Namjoon ke pesta, atau tidak pergi sama sekali.
Baru-baru ini mereka punya perjanjian di mana mereka harus bergantian menuruti keinginan satu sama lain. Jadi, kalau Seokjin sudah ke pesta satu kali, berarti di pesta selanjutnya dia tidak boleh pergi. Dia harus menuruti Namjoon yang memilih bersantai di klub atau pergi ke perpustakaan. Pokoknya pergi ke tempat sunyi tanpa banyak orang.
Beberapa waktu yang lalu, Seokjin sudah menuruti Namjoon yang mengajaknya bermain ke game centre. Kemudian dua minggu lalu, Namjoon (terpaksa) ikut Seokjin ke pesta mahasiswa jurusannya. Sekarang Seokjin yang harus mengalah tidak ikut malam perkumpulan teman-teman sekelasnya hari ini.
Padahal waktunya sangat tepat mengadakan kumpul-kumpul karena mereka telah menyelesaikan masa ujian akhir dan sebentar lagi masuk masa libur. Tapi, karena Namjoon sudah menuruti keinginannya waktu itu, jadi gantian sekarang Seokjin yang harus menuruti Namjoon.
Keinginan Namjoon kali ini adalah membaca di perpustakaan.
Sungguh.
Sangat. Sangat membosankan.
Seokjin hampir mati kebosanan di dalam perpusatakaan yang hening tanpa banyak manusia ini. Dia juga tidak bisa bicara dengan leluasa karena peraturan di sini. Seokjin tak yakin apa keputusannya menyetujui persetujuan mereka itu sudah benar atau tidak.
Di sisi lain, Namjoon sudah tenggelam pada novel sastrawan Eropa tahun 70an yang kalimatnya tak satupun Seokjin pahami. Melihatnya yang sama sekali tak bergerak,kecuali saat membalikkan halaman, membuat Seokjin bosan.
Pun karena tidak bisa mengajak Namjoon bicara, Seokjin pun hanya bisa bermain-main dengan lengan baju Namjoon. Tak ada alasan khusus bagi Seokjin 'mengganggu' temannya itu, dia hanya berusaha menghilangkan bosan. Tapi perhatian Namjoon sampai terdistraksi dan perlahan menoleh.
Seokjin yang menyadari Namjoon yang terganggu, langsung melepas tangannya dari
lengan baju dan tertawa meringis tanpa suara. "Eh, maaf. Aku takkan mengganggumu lagi.""Kau bosan?" tanya Namjoon berbisik, menatap Seokjin yang kini sedang
membaringkan kepalanya di atas buku yang tertutup."Tidak," jawab Seokjin dengan bibir bawah mengerucut maju. "Di sini tempatnya terlalu
tenang."Namjoon tertawa dibalik senyumnya melihat Seokjin yang tampak sekali benar-benar kebosanan, tapi memilih untuk berbohong dan mengalihkan pembicaraan. Melihatnya seperti itu membuat Namjoon kasihan. Tapi, ini konsekuensi dari perjanjian mereka yang harus bergantian ikut ke kegiatan masing-masing.
Namjoon berusaha kembali fokus pada buku di depan mata dan membiarkan Seokjin
bermain sendiri dengan barang-barang di sekitarnya. Tapi, nyatanya sejak Seokjin
mengusili lengan bajunya, Namjoon tak lagi bisa fokus sepenuhnya dan terus melirik ke
samping. Diam-diam memperhatikan apa yang Seokjin lakukan demi membunuh waktu yang berjalan begitu lambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphabet
FanfictionSeokjin punya teman sekelas yang aneh namanya Kim Namjoon. Mereka sama sekali tak punya kesamaan kecuali jenis kelamin. Seokjin akan sebutkan perbedaannya dari A sampai Z tentang Namjoon. alpakakoala, 2022