-U-

763 129 3
                                    

Sejak berpacaran dengan Namjoon, Seokjin jadi lebih banyak menghabiskan waktunya di apartemen sang pacar. Banyak sekali hal yang mereka berdua lakukan dari siang sampai malam. Seperti mengerjakan tugas, berbaring malas di atas ranjang, menamatkan beberapa episode di layanan streaming, sampai mereka yang mencoba memasak di dapur Namjoon. Kalau saja Hoseok lihat kelakuan Seokjin yang berkeliaran santai bak rumah sendiri, dia pasti sudah heboh menyuruh Seokjin tinggal saja serumah dengan Namjoon.

Puncak dari kenyamanan Seokjin adalah dia yang suka menginap akibat dari ketidak sadarannya kalau matahari sudah lama tenggelam.

“Sepertinya aku lagi-lagi tidur di sini, Joon,” ucap Seokjin setelah beberapa menit menatap langit malam dari balik pintu kaca yang menuju balkon.

Seokjin yang terkekeh tanpa dosa itu membuat Namjoon tersenyum mendengus sembari menggeleng-geleng.

“Bagaimana kalau kau tinggal saja di sini?” tanya Namjoon yang kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan Seokjin ke dalam kamar.

Bukan ide yang buruk. Tapi, Seokjin belum pernah berpikir jauh ke sana.

Tak lama Namjoon keluar dari kamarnya dengan membawa baju ganti untuk Seokjin pakai. “Ganti bajumu sebelum kau tidur,” ucapnya sembari menyodorkan baju milik Namjoon yang entah kenapa selalu dia sebut kekecilan di tubuhnya, tapi kebesaran di badan Seokjin.

“Haruskah aku simpan beberapa bajuku di sini? Memakai bajumu membuatku ingin menjahitnya supaya pas di pinggangku,” keluh Seokjin pura-pura merenggut sebelum mengambil baju itu dari tangan Namjoon.

Jadi teringat bagaimana Seokjin yang berakhir menggunakan celana boxer alih-alih celana panjang karena pinggangnya yang kebesaran untuk pinggang Seokjin. Padahal celana itu menggunakan karet pinggang. Tapi, Namjoon sampai frustasi dan menahan diri untuk tidak menyarankan Seokjin soal tidur tanpa celana. Namjoon bisa diomeli dan diteriaki mesum.

“Daripada begitu, lebih baik kita mencari tempat tinggal kita sendiri, Jin,” jawab Namjoon lalu mengusak rambut Seokjin sebelum dia melengang pergi ke kamar mandi.

Sungguh. Seokjin tak pernah berpikir ingin tinggal bersama Namjoon di tempat terpisah dari orang tua mereka. Dia hanya nyaman berlama-lama dengan Namjoon, tapi bukan berarti dia siap untuk menghabiskan dua puluh empat jamnya bersama Namjoon.

Seokjin sungguh tak pernah sama sekali membayangkannya. Pun ada begitu banyak hal yang belum siap Seokjin tunjukkan pada Namjoon. Jadi, untuk sementara Namjoon
harus puas dengan Seokjin yang hanya menginap satu malam di rumahnya ini.

Seokjin yang pada awalnya ingin mengenyampingkan soal tinggal bersama Namjoon, entah kenapa malah jadi bahan pikiran bahkan sampai dia berbaring di atas ranjang. Seokjin pun menoleh, mendapati Namjoon yang tidur menghadapnya dengan kedua mata tertutup. Pacarnya sudah tidur.

“Tak bisa tidur?”

Eh. Ternyata dia belum tidur.

Seokjin terkesiap ketika melihat mata Namjoon yang kini menatapnya. Seokjin pun
merubah posisi berbaringnya menjadi menghadap Namjoon, sembari menarik
selimutnya sampai ke batas leher.

“Terganggu, ya? Sorry. Kembalilah tidur, Joon,” jawab Seokjin meringis. Tapi, Namjoon malah tertawa rendah lalu mencubit pipi Seokjin.

“Tanpa kau beritahu, aku tahu kau sedang gelisah memikirkan sesuatu. Ada apa? Sini
cerita padaku.” Namjoon mengelus-elus helai rambut sang pacar sebelum meletakkan tangannya di pinggang dia.

Seokjin terkekeh tanpa suara melihat Namjoon yang hampir terbuai lelap lagi setelah beberapa detik menawarkan diri menjadi pendengar. Dia jadi tak tega membiarkan Namjoon harus terjaga demi mendengarkan ceritanya, pun tak yakin Namjoon akan benar-benar menyimak jika dirinya saja sudah kelelahan seperti ini.

AlphabetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang