Jika kalian mencari seseorang untuk menuliskan seberapa banyak hal aneh yang Namjoon lakukan dalam hidupnya, Seokjin akan mengajukan diri dengan senang hati.
Seokjin sendiri tak mengerti kenapa dia bisa dengan mudahnya berteman dengan Namjoon yang notabene tak punya satupun kesamaan dengannya. Entah sihir macam apa yang Namjoon gunakan untuk membuat Seokjin betah di sampingnya dan terus meladeni keanehannya tanpa lelah.
Seperti yang satu ini.
Seokjin lagi-lagi harus menjadi ‘pengantar pesan’ teman-temannya yang berusaha keras mengundang Namjoon meski tahu anak itu 99,9% akan menolak datang. Maka di sinilah Seokjin. Dia berdiri di depan Namjoon yang sedang tergeletak nyaman di atas sofa ruang klub dengan kedua tangan terlipat di atas perut dan mata tertutup persis seperti orang mati. Seokjin masih penasaran sihir apa yang dia gunakan ke orang-orang sampai dapat privilese untuk bisa bersantai ria di ruang klub ini.
Seokjin bahkan perlu jadi senior dulu agar bisa seenak hati menguasai ruangan ini.
“Heh.”
Namjoon mengerang setelah Seokjin mencoba mendorong tubuhnya dengan kaki.
“Teman-teman bilang ingin kau datang ke pesta nanti malam. Jangan terlambat dan menghilang seperti yang sudah-sudah. Aku bosan ditanyai orang-orang kenapa Kim Namjoon Yang Terhormat tidak datang ke pesta lagi.”
“Aku tidak akan pergi,” respon Namjoon sambil mengubah posisi tidurnya jadi memunggungi Seokjin. “Bilang pada mereka aku tidak akan pergi.”
Seokjin yang kesal langsung menendang bokong Namjoon tanpa berpikir sama sekali.
“Kau yang bilang sendiri sana! Aku bukan burung merpati! Lagipula kenapa aku yang harus selalu direpotkan kalau ada pesta?”
Seokjin tak mengerti kenapa teman-teman jurusannya ingin sekali Namjoon datang. Padahal Namjoon sama sekali tidak menyenangkan dan lebih suka duduk menyendiri dengan makanannya. Hanya dengan satu kali melihatnya, seharusnya mereka mengerti kalau Namjoon bukan orang yang suka mengisi waktu malamnya dengan kumpul-kumpul sambil minum-minum.
“Yasudah. Kau tinggal tak datang saja dan masalah beres. Tak ada yang akan mengganggumu malam ini.”
“Hah! Tidak mungkin.”Namjoon menoleh dengan alis mengkerut dalam.
“Apanya yang tidak mungkin?”
“Tidak mungkin seorang Kim Seokjin tidak ikut bersenang-senang. Prinsip hidupku itu
belajar dan bermain harus seimbang. Jadi kalau minggu ini aku sudah belajar mati-
matian, berarti aku harus begitu juga saat bermain.”“Jadi, kau akan mati saat bermain?”
Seokjin sekali lagi menendang bokong Namjoon sampai pria itu berteriak mengaduh.
“Pokoknya kau harus datang.”
Seokjin yang bersungut kesal hendak pergi meninggalkan ruang klub seketika berhenti
saat ucapan Namjoon menginterupsinya dari belakang.“Kau bermain saja denganku, Jin.”
“Main apa?”
“Sesuatu yang mungkin kau suka?”
Terlalu banyak hal yang Seokjin sukai sampai bingung sendiri memilihnya. Pun jika dia bilang apa yang dia sukai, belum tentu Namjoon juga menyukainya. Mereka pasti akan kembali berdebat lagi dan lagi sampai kesal sendiri. Jadi, Seokjin memilih untuk membiarkan Namjoon memutuskan karena dari awal dia yang berinisiatif mengajaknya bermain.
“Terserah kau saja. Aku akan ikut kemanapun kau mengajakku.”
Sejujurnya, tak pernah muncul rencana di kepala Namjoon untuk mengajak Seokjin
pergi hari ini. Dari awal dia hanya berniat tidur di ruang klub sampai pagi menjelang.
Namun, saat mendengar Seokjin akan pergi ke pesta tanpa dirinya, Namjoon tak siap
membayangkan keadaan Seokjin di pesta nanti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alphabet
FanficSeokjin punya teman sekelas yang aneh namanya Kim Namjoon. Mereka sama sekali tak punya kesamaan kecuali jenis kelamin. Seokjin akan sebutkan perbedaannya dari A sampai Z tentang Namjoon. alpakakoala, 2022