7 - Mabuk

8.1K 459 8
                                    

Vanka dan Kyra menatap orang bayaran mereka yang sedang membersihkan kekacauan yang disebabkan Agha tanpa bicara sepatah kata pun. Saat orang bayaran itu pergi, barulah Kyra memeluk Vanka.

"Gimana kalo kita langsung nikah aja diam-diam?" saran Kyra yang tak tahan lagi.

Vanka menguraikan pelukannya. Dia beralih menangkup wajah Kyra. "Sabar, tunggu lulus dulu."

"Kalo kita nikahnya habis lulus, nanti orang bakalan curiga pas anak kita lahir gimana?" Kyra mengungkapkan kekhawatirannya. "Orang-orang bakalan hina kita hamil di luar nikah."

Raut muka Vanka berganti datar. Netranya menyorot dingin. "Kalo gitu kita gugurin aja anak di perut lo."

Kyra menggeleng, tak menyangka Vanka akan berbicara sesantai itu. "Gak boleh. Dia punya nyawa. Dia manusia. Dan dia darah daging lo, Vanka."

Seringaian muncul di wajah Vanka. Tangannya naik membelai kepala Kyra lembut. Mulutnya mendekat ke telinga Kyra. Vanka berbisik, "Kalo gitu, sabar. Gak usah peduli omongan mereka. Ini hidup kita berdua. Bukan urusan mereka. Pokoknya lo tenang, gue bakalan tanggung jawab. Cuz, I'm in love with you. Really deep."

***

Dada Liam naik turun. Matanya mengedar, lalu membulat ketika melihat Agha tiduran di tanah. Liam pun memotong jarak. Dia menepuk pipi Agha pelan untuk memastikan pemuda itu pingsan atau hanya tidur. Liam mengendus-endus dekat mulut Agha. Lelaki itu mencium bau alkohol dan tatapannya tak sengaja mendapati perban di tangan Agha.

"Agha, saya marah! Kenapa kamu gak jaga diri?! Kenapa kamu biarin diri kamu terluka dan memperihatinkan gini? Kamu senang?" Liam mengomeli Agha yang bahkan tidak membuka mata.

Meski kurus, Liam punya tenaga yang besar. Sehingga Liam sangat mampu membopong tubuh Agha yang lebih besar dan jangkung darinya. Liam menempatkan Agha di bangku samping kemudi. Liam bersyukur karena Agha perlahan-lahan membuka mata.

Agha terbatuk-batuk sesaat. Awalnya merasa aneh sebab terakhir kali dirinya di makam orangtuanya dan sekarang tiba-tiba ada dalam mobil. Liam memang bisa diandalkan.

"Minum dulu," pinta Liam sembari memberikan sebotol air mineral yang selalu disediakannya di mobil.

Agha menggeleng dan memberikan gesture agar Liam langsung melajukan mobil. Selama di perjalanan, keduanya sama-sama terdiam. Perihal mobil Agha yang tertinggal di area pemakaman, Liam telah mengurusnya dengan mengirim mobil derek.

Agha menunduk. Cemas kalau dia akan melihat truk. Wajahnya menghadap kaca mobil, namun terpejam. Tak diharapkan bulir hangat turun dari mata Agha. Agha masih tidak bisa menerimanya; kematian kedua orangtuanya, perselingkuhan dan kehamilan mantan pacarnya, serta kesakitan yang membuatnya dijebloskan ke rumah sakit jiwa.

"Tangan kamu kenapa? Kamu nyakitin diri? Bukannya saya bilang kalo kamu harus jaga diri?"

Kecemasan Liam memecahkan keheningan antara mereka. Sejujurnya, Liam mati-matian merutuki dirinya dalam hati. Liam merasa amat bersalah karena tidak becus menjaga Agha.

"Bacot lo! Diam aja!" ketus Agha. "Tutup mulut lo kalo enggak mau gue sembelih!"

Dan Liam benar-benar menutup mulutnya.

***

Reatha melemas kala kenop pintu bergerak.

"Mati gue," pasrahnya.

VIP BAD BOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang