50 - Fraternal

2.5K 179 2
                                    

Happy Reading^^

*

Kyra menarik kursi dari bawah meja dapur. Gelas bening kosong diisinya dengan air putih. Setelah menenggak habis air putih, Kyra menghidupkan ponselnya untuk melihat jam berapa sekarang. 23.13, itu yang tertera di sana.

Suara seseorang menekan password pintu masuk ke indera pendengarannya. Kyra tidak perlu susah-susah untuk menebak siapa yang baru pulang. Tentu jawabannya adalah Vanka, suaminya. Bersamaan dengan helaan napas beratnya, terdengar suara jatuh dari depan. Kyra yakin itu bukan benda. Tampak seperti manusia yang jatuh ke lantai. Maka dari itu, Kyra buru-buru pergi untuk memastikannya.

Kelopak netranya membesar begitu melihat keadaan Vanka yang sangat memperihatinkan. Vanka terbaring miring dengan wajah babak belur, kaus oblong yang dikenakan berdarah di bagian punggung, dan tenaga yang nyaris menghilang. Mata Vanka terpejam.

"Kamu kenapa?" cemas Kyra sembari mendekat. Dia berjongkok di sebelah suaminya.

Vanka membuka kelopak matanya sedikit untuk melihat Kyra. Entah kenapa kecemasan yang hadir di wajah Kyra mampu membuatnya sedikit tersenyum.

"Ayo ke rumah sakit! Aku minta bantuan tetangga dulu," kata Kyra sambil hendak bangun dari jongkoknya. Akan tetapi, dengan sisa tenaganya Vanka menarik tangan Kyra.

"Jangan, kamu, rhawat, akhu, di, sini, aja," ujar Vanka kesusahan sambil meringis sebab rasa pedih yang menjalar di wajah dan punggungnya.

Kyra pun membantu Vanka untuk bangun. Pelan-pelan tapi pasti, Vanka dituntunnya ke sofa terdekat. Usai itu, Kyra mengambil kotak P3K di dekat dapur. Meski rasa marahnya amat besar pada Vanka, tak bisa dielak kalau dia merasa terluka saat melihat kondisi suaminya itu seperti sekarang.

Demi memudahkan dirinya mengobati, Kyra membuka kaus oblong yang dikenakan Vanka. Dengan telaten Kyra menangani wajah Vanka terlebih dahulu, lalu ke punggung. Vanka duduk menyamping dan memunggungi. Kyra ikutan ngilu melihat darah serta beberapa luka di sana.

"Dihukum Kakek," kata Vanka memberitahu dengan pelan.

"Pantas buat orang jahat kayak kamu," judes Kyra. "Kenapa gak mati aja sekalian?"

"Aargh," ringis Vanka kala Kyra tak sengaja menekan salah satu lukanya. Meski demikian, setelah duduk sesaat, dia jauh lebih mendingan. Serta merasa aman berada di sisi Kyra saat ini.

"Berhenti cari masalah."

"Gak bisa," putus Vanka yakin. "Gak adil banget."

"Apanya yang gak adil?"

"Semuanya. Gak ada, yang peduli sama aku. Udah ditinggalin, sekarang kamu juga mau ninggalin aku?" Vanka menanya.

"Kamu gak berubah. Itu alasan kenapa orang-orang ninggalin kamu. Sampai kamu dihukum gini juga gara-gara diri kamu sendiri, paham?" ketus Kyra.

"Apa salah nyari perhatian?" Suara Vanka jadi serak. Bukan hanya fisiknya, tapi hatinya juga sakit. "Perhatian keluarga besar aku semuanya buat Agha. Orangtua aku juga gak peduli sama aku. Gak ada yang tulus sama aku."

"Terus aku apa?" tanya Kyra cepat. "Aku gak dianggap? Aku ninggalin Agha demi kamu. Aku pertaruhin masa depan aku demi kamu. Tapi, kamu malah main sama wanita lain. Kamu malah selingkuh di depan mata aku langsung. Demi wanita lain, kamu relain nyawa anak kamu melayang. Kamu juga gangguin Atha yang sama sekali enggak ngusik hidup kamu. Kalo kamu berhenti usik hidup orang lain, orang lain juga akan berhenti usik hidup kamu. Kalo kamu gak cari masalah, pasti kamu gak akan dihukum kayak gini."

"Aku tulus sama kamu, Van. Buktinya aku masih di sini, di sisi kamu. Kamu gak sendiri, buktinya sekarang ada orang yang obatin luka kamu tanpa paksaan. Kamu pasti tau, kalo aku sebenarnya udah capek sama semua ini. Gimana kalo kita pergi aja dari negara ini? Gimana kalo kita tinggal di Swiss aja dengan damai? Kita ketemu orang-orang baru di sana. Kita kuliah, terus bangun keluarga kecil kita di sana. Kita buka lembaran baru di sana dan lupain semua hal-hal menyakitkan di sini. Gimana?" lanjut Kyra serius.

VIP BAD BOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang