Code 2 mengemudi dan Code 1 duduk di sebelah Reatha. Reatha panik bukan main. Dia diculik? Buat apa? Apa dia akan dijual untuk sugar daddy? Atau organ tubuhnya akan dijual di pasar gelap? Begitulah kira-kira pertanyaan yang bermunculan di otak Reatha. Cewek itu memukul-mukul kaca mobil berharap dengan itu dia mendapatkan pertolongan.
Reatha baru ngeh kalau dua orang yang menculiknya tidak berancang-ancang menggunakan obat bius atau mengikat tangannya. Bahkan keduanya tampak tenang. Reatha memberanikan diri untuk menoleh ke sebelahnya, pada Code 1 tepatnya. Aneh, dan sungguh aneh. Code 1 membungkukkan badannya sekilas sebagai sapaan hormat.
"Siapa yang suruh kalian culik gue?! Buat apa?! Turunin gue gak!" teriak Reatha.
Code 1 menggeleng, dan tidak bersuara. Bersama jantung yang masih dag-dig-dug ketakutan, Reatha merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya. Aneh, si dua penculik bahkan tidak melarangnya menggunakan ponsel. Reatha menelepon Agha. Tidak lama sampai Agha menjawab.
"Agha, aku diculik," tangis Reatha. Reatha tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba menangis.
"Apa? Hah? Ngomong apa Atha? Gak jelas," balas Agha di seberang sana. Tak lama, sambungan dengan Agha terputus sepihak.
Tidak semudah itu Reatha menyerah. Gadis itu menelepon pacarnya lagi. Tapi, nihil, nomor sang pacar tiba-tiba sibuk. Reatha juga menelepon Gale, Rona, bahkan Sera, tapi semuanya sibuk juga.
"Jangan takut seperti itu. Bos minta kami buat jagain kamu." Code 1 angkat suara sambil mengeluarkan pistol dari jasnya.
Mata Reatha melotot. "Jagain gue apa mau bunuh gue?!"
Code 1 tersenyum tipis, gemas sendiri dengan gadis di sebelahnya itu. Lalu dia menyimpan kembali pistolnya di balik jas. "Kalau kami berdua sakitin kamu, kamu bisa bunuh kami dengan pistol ini."
Reatha menggeleng. "Turunin gue aja!"
"Sudah sampai," balas Code 1. "Kamu gak perlu takut. Hari ini kamu aman bersama kami."
Dari luar, pintu mobil dibuka oleh laki-laki yang bersetelan seperti Code 1 dan Code 2. Name tag-nya bertuliskan Code 3. Di belakang Code 3 ada Code 4. Reatha keluar dari Alphard tersebut yang telah terparkir di depan sebuah butik mewah. Itu bertepatan dengan dua karyawan wanita butik yang akan menggiring Reatha.
"Mari Nona Reatha," ajak salah satu karyawan.
Reatha mengikuti karyawan itu. Apa ini? Kenapa ketakutannya tiba-tiba menghilang? Apa karena dia merasa dirinya sama sekali tidak terancam? Reatha tertegun. Gila, dia merasa seperti selebriti papan atas yang sedang dikawal. Pasalnya, Code 1 until Code 4 berjalan di belakangnya seperti pengawalnya. Apa ini semua rencana Agha?
Di dalam butik Reatha dilayani seperti seorang tuan puteri. Dia bebas memilih dress sesuai keinginannya. Usai fit dengan pilihannya, Reatha dituntun ke sebuah ruangan untuk polesan di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIP BAD BOY (END)
Teen FictionAgha, cowok bad boy yang seharusnya fokus pada akhir masa SMA dan ujian masuk perguruan tinggi malah mendekam di rumah sakit jiwa. Trauma atas kematian orangtuanya menjadi penyebab utama. Lalu pacar yang sangat dicintai Agha hamil anak sepupunya. Di...