29 - Abandon

4.2K 241 19
                                    

Menunggu bukanlah hal yang menyenangkan. Menunggu sesuatu yang tidak pasti atau yang telah dijanjikan, sama-sama melelahkan jika tak kunjung menemukan hasil.

Arloji di tangan Kyra sudah berkali-kali mendapat lirikan dari sang empunya. Para pegawai butik pun berkali-kali bertanya pada Kyra. Kyra juga tak tahu harus memberikan jawaban apa. Kala tak sanggup menunggu lagi, Kyra segera bangkit dan pergi dari sana. Akan tetapi, Kyra malah bertemu dengan sosok yang ditunggu-tunggunya di depan butik.

"Lo serius gak sih sama gue?! Udah tiga kali gue nungguin lo kayak gini. Pernikahan kita tinggal menghitung hari, tapi kita belum fitting baju pengantin. Semua gara-gara lo! Lo ke mana aja sih?! Gue udah berjam-jam nungguin lo di sini. Lo selalu telat." Kyra menyuarakan kekesalan pada ayah dari calon bayi yang dikandungnya.

"Gue minta maaf. Gue sibuk," ucap Vanka santai.

"Sibuk? Sibuk sama cewek lain?!" ketus Kyra yang mulai kehilangan kepercayaan pada Vanka. Pasalnya dia pernah menemukan rambut pirang panjang di hoodie Vanka.

"Lo serius kan sama gue? Gue udah kehilangan banyak hal demi lo," kata Kyra cemas.

Vanka mendekat dan mencium puncak kepala Kyra. "Tenang ya, Sayang. Gue selalu serius sama hubungan kita. Maafin gue buat hari ini. Ayo kita selesaikan hari ini fitting-nya."

Tangan Vanka menggandeng Kyra agar kembali masuk ke butik. Kyra sudah sedikit tenang. Namun, saat-saat Vanka membuat kesalahan, Kyra selalu mengingat Agha.

Apakah salah untuknya karena telah menyadari bahwa Agha unggul dalam banyak hal? Agha jarang membuatnya menunggu. Agha nakal, tapi selalu baik padanya. Agha selalu membuatnya merasa diratukan.

Apakah salah untuknya saat ini karena merindukan Agha sementara di sebelahnya ada laki-laki yang akan menjadi calon suaminya?

***

Bukan hal asing lagi ketika mendengar bahwa penyesalan selalu datang di akhir. Sama halnya yang dirasakan Reatha pagi ini. Reatha amat menyesal. Habis semalam makan banyak mie goreng pedas, sekarang dia lemas di kasurnya. Perutnya sakit dan dia berulangkali bolak-balik kamar mandi karena diare.

Reatha menyibak dasternya hingga dadanya. Minyak kayu putih dia tuang ke telapak tangan kanannya, kemudian dia usap ke perutnya. Berulangkali pula Reatha melakukan itu sampai perutnya licin dengan minyak kayu putih. Pagi ini Reatha hanya makan nasi dengan telur rebus, itu pun tak habis. Rona juga telah memberikannya obat diare yang ditebus oleh Gale di apotik tadi sebelum dia berangkat kerja.

"Bu ... sakit banget perut Atha," rengek Reatha pada Rona yang datang ke kamarnya untuk mengecek kondisi sang putri.

Rona duduk di bibir kasur untuk memudahkannya mengusap perut Reatha. "Besok-besok jangan banyak makan pedas lagi, ya. Bahaya loh. Bisa menyebabkan kematian."

"Ibu ..." Reatha makin merengek seperti anak kecil mendengar penuturan Rona. Rona tersenyum kecil.

"Lekas sembuh putri Ibu," ujar Rona lembut. "Mungkin obatnya belum bereaksi."

"Ibu gak ke kantin?" tanya Reatha dengan lemas.

"Kamu lagi sakit, mana mungkin Ibu ke sana." Rona bangkit dari tempatnya duduk. "Ibu bersih-bersih dulu. Kalo ada apa-apa panggil Ibu, ya."

Reatha hanya mengangguk sebagai jawaban. Dua menit setelah ditinggal Rona, Reatha kembali ke kamar mandi. Sungguh, itu sangat menyiksanya saat ini. Tangan Reatha mencengkram perutnya yang masih kesakitan.

VIP BAD BOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang