Savero tak habis pikir dengan permintaan Dokter Pramad. Dia harus menemani Agha dan Reatha memburu street food?
"Savero gak mau, Pa," tolak Savero lagi. Terhitung ketiga kalinya.
"Papa keliatan pengen banget Savero ikut mereka. Kenapa?" heran Savero sambil menatap ayahnya sesaat. Atensi Savero kini pada tangannya yang sedang menempel sticky note di buku tulisnya.
Savero sedang belajar di ruangan khusus untuknya. Maklum saja, dia tak akan lama lagi lulus SMA dan masuk kuliah kedokteran.
Pramad menarik kursi dan menaruhnya berhadapan dengan putra semata wayangnya itu. Lelaki bersetelan seragam dokter ini kemudian duduk di sana. Pramad tidak punya niat buruk. Dia punya tujuannya sendiri kenapa menyuruh Savero ikut bersama Agha dan Reatha.
Sepersekian detik kemudian Pramad memapar, "Papa sering lihat kamu habisin waktu di sini ketimbang sama teman-temanmu. Bagus sih kalo kamu giat belajar. Tapi, jangan terlalu tekan diri kamu. Itu gak baik buat pikiran kamu. Sesekali keluar, cari udara segar di luar sana. Papa bangga sama pencapaian kamu selama ini. Bangga banget. Alasan lain kenapa Papa paksa kamu ikut mereka ... ya karena nanti rumah sakit ini jadi milik kamu. Kamu bakalan jadi dokter jiwa juga. Agha pasien di sini. Papa mau kamu tangani dia. Dunia luar masih agak rentan buat Agha. Kamu bisa lihat sejauh mana pengembangan pemulihan Agha. Anggap saja ini tantangan Papa buat kamu. Gimana? Kamu pasti berani, kan, terima tantangan ini?"
Usai mendengar pemaparan Pramad, pemikiran Savero sedikit terbuka. Agaknya dia tidak punya alasan untuk menolak. Akhirnya, Savero mengangguk juga.
"Baiklah, Pa. Savero ikut mereka."
***
Kenapa coba si Savero harus ikut?
Sedari tadi, Reatha terus berperang dengan otaknya. Reatha tidak suka dengan kehadiran Savero. Begitu juga Agha. Agha padahal ingin menghabiskan banyak waktu hanya bersama Reatha. Liam saja dia suruh tunggu di mobil sana.
Saat ini ketiga anak manusia itu akan makan nasi goreng pinggir jalan. Agha duduk berhadapan dengan Reatha. Sementara Savero di sebelah Agha. Agha mengenakan masker buat jaga-jaga dari orang yang mengenalnya. Masker akan dibuka hanya ketika dia makan dan minum saja.
Dalam hidup Agha, ini pertama kalinya dia makan di pinggir jalan. Saat pertama kali nasi goreng masuk ke mulutnya, Agha membelalakkan matanya. "Gue gak nyangka bakalan seenak ini," kata Agha takjub. Lalu dia makan dengan lahap.
"Norak," cibir Savero dengan suara kecil dan dapat didengar oleh Agha.
Tak terima dicibir Savero, Agha menjitak kepala Savero keras. Agha tertawa mengejek mendapati Savero meringis kesakitan. Agha pun lanjut makan.
Reatha terkekeh melihat interaksi Agha dan Savero. Dua cowok di depannya terlihat seperti Tom and Jerry. Kentara sekali kalau keduanya tidak akan bisa disatukan di ruangan yang sama. Pasti akan terjadi adu mulut atau baku hantam.
Selagi makan, Reatha sering sekali bertemu pandang dengan Agha. Kalau dengan Savero tidak lagi. Reatha sudah terlalu malas menatap cowok yang pernah melukai hatinya. Tiba-tiba, Reatha tersedak diikuti batuk-batuk. "Uhuk, uhuk."
"Lo gak papa?" tanya Agha dan Savero berbarengan. Lalu, keduanya sama-sama memberikan segelas air putih ke Reatha.
Reatha bergantian melihat ke arah Agha dan Savero. Gelas mana yang harus Reatha ambil?
KAMU SEDANG MEMBACA
VIP BAD BOY (END)
Dla nastolatkówAgha, cowok bad boy yang seharusnya fokus pada akhir masa SMA dan ujian masuk perguruan tinggi malah mendekam di rumah sakit jiwa. Trauma atas kematian orangtuanya menjadi penyebab utama. Lalu pacar yang sangat dicintai Agha hamil anak sepupunya. Di...