67 - Butterfly

1.7K 115 18
                                    

Play: - Tomorrow X Together (TXT) - Opening Sequence 🎶

and

- Flying (Taehyung Theme) - BTS World Original Soundtrack 🎶

**

Agha menghela napas berat sebelum berbicara lagi. "Mulai detik ini, gue lepasin lo, Atha. Kita putus."

"Segampang itu lo bilang putus?!"
Air mata Reatha belum kering malah bertambah deras.

Reatha tak percaya kalau dirinya tengah menghadapi Agha yang selama ini sangat takut kehilangannya. Agha bahkan acap kali cemburu parah kalau dia dekat-dekat dengan cowok lain. Tapi, sekarang Agha malah minta putus darinya.

"Lo selalu minta gue buat gak ninggalin lo! Tapi nyatanya, malah lo yang ninggalin gue! Lo cuma manis di awal aja. Gue pikir lo obat penyembuh patah hati gue, tapi ternyata sama aja! Pada akhirnya lo nyakitin juga! Malah sakitnya lebih parah! Lo bikin gue trauma sama cowok! Lo brengsek banget, Gha! Bangsat!" murka Reatha.

Agha mengangguk-angguk sembari menatap wajah Reatha yang sedang menangis itu. "Benar, gue emang brengsek. Makanya nyakitin. Kalo gue enggak brengsek, gue gak akan ciuman sama cewek lain."

"Sekarang gue benar-benar sadar, kalo cowok bangsat kayak gue enggak seharusnya bersanding sama cewek baik-baik kayak lo, Tha!" Suara Agha agak bergetar. "Iblis gak akan bisa bersanding sama malaikat. Jadi, kita putus aja."

Sebelum menanggapi kata-kata Agha, Reatha menarik napasnya dalam-dalam sambil menyeka air matanya. Reatha berusaha menahannya agar tidak tumpah lagi.

"Oke, kita putus!" Reatha mengulurkan ponselnya ke Agha. "Gue balikin hape yang lo kasih. Tenang aja, besok gue bakalan balikin semua yang pernah lo kasih ke gue."

Agha tak menerima uluran ponsel dari Reatha. "Ambil aja, gue ikhlas. Lo keliatan lebih membutuhkan."

"Sialan!" emosi Reatha sembari membanting ponsel ke tanah. "LO ITU ORANG YANG PALING GUE BENCI DI DUNIA INI! MATI AJA SANA, BANGSAT!"

Reatha pergi begitu saja setelah puas berteriak. Dadanya masih terasa sesak. Reatha butuh waktu untuk menumpahkan itu semua. Kalau pulang, nanti ketahuan Rona. Jadi, Reatha harus pergi ke tempat yang aman untuknya menangis. Pilihan Reatha jatuh ke atap gedung utama RSJ Mentari. Menjadi pilihannya pun karena di sana adalah tempat terdekat.

Sampai di atap yang sepi itu, Reatha mendekat ke pinggiran. Reatha berteriak dengan lantang sambil memandangi pemandangan indah di depannya dengan mata memburam. Keindahan lampu-lampu perkotaan di malam hari tak cukup memberinya ketenangan.

"AGHA BRENGSEK! AGHA BRENGSEK! JAHAT BANGET JADI COWOK! GUE SUMPAHIN LO MENDERITA SEUMUR HIDUP! LO JAHAT BANGET SAMA GUE!" Reatha masih meraung. "Hiks. Sakit banget. Gue benci banget sama lo, Gha!"

"Berisik banget," bisik seseorang di telinga Reatha.

Reatha tersentak di tempat. Tangannya refleks memegangi dada. Tangisnya terhenti karena itu.

"Lo lagi lo lagi! Gue benci banget sama lo!" kesal Reatha. Dalam hati Reatha merutuki diri sendiri. Tangannya naik untuk menghapus jejak tangisnya entah yang keberapa kali.

"Tadi katanya benci sama Agha. Kok gue ikut-ikutan dibenci?" Savero memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie krem yang dikenakannya. "Lo berisik banget. Ngeganggu ketenangan gue."

"Sejak kapan lo di sini?!" Reatha was-was. Saat datang ke situ dia tak sadar akan keberadaan Savero.

Savero tampak berpikir untuk beberapa saat. "Mungkin sekitar lima belas menit sebelum lo datang ke sini terus teriak-teriak kayak orang kesurupan."

VIP BAD BOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang