68 - Bad Boy

2.1K 131 28
                                    

Thanks for 111 K reads ✨
Angkanya cantik, ya.

Happy Reading!

**

Suara kumandang adzan terdengar dari pengeras suara mesjid sekitar RSJ Mentari. Maknanya subuh telah tiba. Kala pertama kali membuka kelopak netranya, Reatha menemukan hamparan langit masih gelap, namun mulai terbit fajar sadik. Awalnya Reatha terkaget, kenapa bukan suasana kamarnya yang dia dapati kala pertama kali membuka mata. Reatha pun kembali mengingat kalau dirinya terjebak di atap RSJ Mentari.

Tangan kanan Reatha mengucek mata agar pandangannya segera jernih. Padahal tidak ada bantal, tapi kenapa kepala Reatha seperti berbantalkan sesuatu yang empuk dan nyaman sekali? Kedua mata Reatha terbuka lebar kala mengingat posisi tidurnya semalam. Dia tidur dengan posisi bersandar di dinding. Lah, bagaimana bisa sekarang jadi terbaring? Reatha mengucek matanya lagi untuk memperjelas apa yang dia lihat sekarang.

Oh God, sejak kapan paha Savero menjadi bantalnya?

Reatha segera mendudukkan dirinya sembari menetralkan debaran di dadanya. Tampak Savero masih tertidur dalam posisi bersandar di dinding dengan kedua tangan terlipat di dada.

‘’Savero! Savero!’’ Reatha mengguncang tubuh Savero agar pemuda itu segera bangun.

Beberapa detik kemudian, Savero menggeliat dengan kelopak mata mulai terbuka.

‘’Udah adzan subuh. Pasti pintunya udah gak dikunci, kan?’’ Reatha menanya.

Savero tidak langsung menjawab. Dia butuh waktu agar nyawanya terkumpul penuh. Savero pun menggeleng. ‘’Biasanya habis shalat subuh baru dibuka kuncinya.’’

Tubuh Reatha merosot. Sungguh dia tak tahan lagi berada di sana sebab ada sesuatu di bawah sana yang mendesak agar segera dikeluarkan. Tak sepenuhnya percaya dengan pernyataan Savero, dia pergi untuk memastikannya sendiri. Ternyata benar. Pintunya masih terkunci.

‘’Tunggu aja. Sepuluh menit lagi pasti udah dibuka,’’ ujar Savero.

Reatha menggigit bibirnya. ‘’Gak bisa nunggu lagi! Gue udah kedesak banget ini!’’

‘’Kedesak apa?’’ tanya Savero polos beneran tidak ngeh.

‘’Pipis!’’ Reatha terus terang tanpa gengsi.

‘’Oh,’’ singkat Savero. ‘’Tahan aja. Gak lama lagi, kok.’’

‘’Gak bisa,’’ lirih Reatha.

Savero mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Telunjuk tangan kanannya menunjuk ke sembarang arah di atap itu. ‘’Pipis aja di situ! Ceboknya nanti aja,’’ katanya santai.

‘’Lo gila?!’’ maki Reatha. ‘’Mana bisa? Di sini juga ada lo. Lo mau ngintip aset berharga gue?’’

Savero langsung menggeleng panik. ‘’Gak, lah. Gue enggak semesum itu! Gue cuma ngasih saran aja. Lagian gue gak akan ngintip.’’

‘’Ah, udahlah! Diam! Gue lagi konsentrasi buat nahannya.’’ Reatha bersandar di sebelah pintu. Dalam hati terus berdoa agar pintu itu segera dapat dibuka.

VIP BAD BOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang