"Agha?"
Gita gelagapan sebab Agha tiba-tiba datang bersama Rezvan. Secepatnya Agha menjauhkan tangan Gita dari hadapan wajah Reatha. Untung saja dia cepat datang. Kalau tidak, tangan kotor Gita akan menodai wajah gadisnya.
Agha menepuk-nepuk tangannya sehabis memegang tangan Gita. Agha dan Rezvan ada mendengar sedikit apa yang dilontarkan Gita ke Reatha.
"Gue paling benci sama cewek modelan lo. Dandanan udah kek badut, berani-beraninya ngerendahin Atha. Yang gak pantas buat gue itu, lo!" Agha menunjuk ke arah Gita. Kemudian dia tersenyum miring, dan dia pun berbisik ke Gita. "Gue anti banget sama jalang kayak lo. Omong-omong, bayaran lo semalam berapa? Mau ngelayanin kakek gue gak, B*tch?"
Wajah Gita seketika memerah. Dia ingin marah, tapi nyalinya hanya sebesar upil.
"Sekar Sayang, gak diapa-apain kan sama badut ini?" Rezvan mendekat dan mengusap kepala Sekar lembut.
Sekar menggelengkan kepalanya, Rezvan sangat menggemaskan dalam momen ini.
"Gimana, Gita? Lo masih merasa selevel sama Agha? Barusan udah dengar langsung kan jawaban Agha? Lo udah ditolak mentah-mentah," sinis Reatha. "Sekarang lo tau kan siapa yang lebih rendahan?"
Gita kicep. Sepertinya, dia berurusan dengan orang yang salah. Biasanya lawannya akan bertekuk lutut di hadapan Gita. "Sialan," gumam Gita lalu menarik tangan temannya agar segera kabur dari sana.
Sekarang tinggal empat orang di sana. Mereka tertawa puas.
"Salah cari lawan tuh cewek," kata Sekar.
"Agree." Yang lain menyetujui perkataan Sekar.
"Kalian masuk kelas aja duluan," pinta Reatha pada Agha dan Rezvan. "Kami mau ke toilet."
"Biar Sekar aja yang duluan ke kelas sama Rezvan. Kamu biar aku temenin, ayok!" Kalian pasti tahu siapa yang ngomong ini.
"Heh!" Reatha menjewer telinga Agha. "Masuk kelas gak?!"
"Iya, mau masuk nih." Agha menampilkan wajah cemberutnya sembari sedikit meringis. Setelah itu dia menatap ke arah Rezvan. "Ayo, Bro! Masuk kelas kita. Kalo enggak, gue gak dikasih jatah nanti malam."
Reatha mau mengomeli Agha lagi, namun pacarnya itu keburu lari terbirit-birit. Setelah itu, disusul oleh Rezvan. Saat pandangan Reatha dan Sekar bertemu pandang, refleks mereka tertawa renyah.
"Si Agha itu hobinya bikin gue emosi," terang Reatha.
"Tapi, cinta, kan?" Sekar bertanya.
"Oh, iya, dong. Cinta banget."
***
Hari Sabtu tiba. Reatha, Sekar, dan Rezvan hari ini akan datang ke rumah Agha untuk bimbel di sana. Reatha dijemput oleh Liam pagi ini. Dia deg-degan bukan main. Ditambah ini pertama kalinya Reatha pergi ke rumah Agha. Selama di perjalanan, Reatha tak banyak bicara. Liam mengemudi, dan Reatha menempati bangku belakang kemudi. Sekitar lima belas menit, Alphard hitam itu memasuki halaman sebuah rumah besar dengan pilar-pilar putih gagah. Dari pagar rumah saja sudah terlihat seberapa sultan pemiliknya.
Saat Reatha turun dari mobil, Rezvan dan Sekar juga baru datang bersama motor KLX Rezvan. Mereka tak lupa membawa buku catatan dan alat tulis dalam paper bag.
Reatha mengedarkan pandangannya. Dia tertegun. Dalam hati terus membatinkan kata, "Wow!"
"Ayo masuk! Agha udah nungguin kalian di atas," ajak Liam pada ketiga anak remaja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIP BAD BOY (END)
Teen FictionAgha, cowok bad boy yang seharusnya fokus pada akhir masa SMA dan ujian masuk perguruan tinggi malah mendekam di rumah sakit jiwa. Trauma atas kematian orangtuanya menjadi penyebab utama. Lalu pacar yang sangat dicintai Agha hamil anak sepupunya. Di...