chapter 3

9.9K 859 7
                                    

Pemandangan skyline Jakarta dari Henshin yang berada di lantai 67 hotel yang sama tidak bisa Safi hiraukan begitu saja. Tentu ini bukan kali pertamanya mendatangi restoran bergengsi itu, tapi apa yang ia lihat selalu membuatnya terkesiap.

Dan ada satu hal lagi yang mengusik pikirannya. Tak lain dan tak bukan adalah pria berjas Brioni yang sedang duduk dengan kaki terlipat di hadapannya. Pria yang tiba-tiba mengajaknya ke tempat itu karena alasan sumpek tapi anehnya ia iyakan begitu saja.

"Camo apa kabar?" Setelah sekian lama akhirnya Tyler memecah keheningan di antara mereka.

"He's doing great.. Untungnya dia gak pernah lepas lagi kayak kemarin sih." Safi bercerita riang.

"It's good to hear that. Bahaya kalau dia sering kayak kemarin. Gue gak ada di area apartment lu setiap saat soalnya," ucap Tyler setengah bercanda.

"I see . Lu kenapa ada di situ kemarin?" tanya Safi penasaran. Kenapa ia bisa seorang Tyler Candranata berada di daerah kekuasaannya tiba-tiba. Ia memajukan badannya, tanda ia tertarik akan pembahasan itu.

Seorang pelayan datang dan meletakkan minuman mereka berdua. Setelah mengucapkan terima kasih, Tyler pun bertanya kepada Safi. "Lu kenal sama Alisandra Limantoro?"

Alisandra..

Alisandra..

Siapa?

Safi memiringkan kepalanya seraya berpikir.

Ia mengenal beberapa orang dari gedung sebelah, tapi sepertinya ia tidak mengenal siapa pun yang bernama Alisandra sehingga mau tidak mau Safi menggeleng.

"Anyway, dia sepupu gue. Sebenarnya dia kemarin baru pindahan, jadi kayak housewarming gitu."

"Ternyata lu enggak se-tertutup yang orang-orang bilang ya." Safi memberi kesimpulan dan tersenyum simpul.

Tyler menaikkan sebelah alisnya. Matanya menatap Safi penuh rasa penasaran. "Memangnya mereka bilang apa tentang gue?"

Membuat angka satu menggunakan telunjuknya, Safi berkata, "Ansos." Ia menambahkan jari tengahnya. "Tertutup" Terakhir jari manisnya. "Sulit untuk ditemui."

Sontak pria itu terkekeh mendengar jawaban Safi. "Kan lu udah ketemu gue, menurut lu gue gimana?"

Mata coklat perempuan berbaju merah darah itu menyipit. "Cowok aneh yang out of blue ngajak gue ke Henshin?" Tyler tidak bisa menahan tawanya.

"Kenapa ketawa?" Safi mengernyit bingung. Apa ada yang salah dengan jawabannya?

Tyler menggeleng. "Ternyata lu gak kayak cewek-cewek kebanyakan. Sama sekali gak nyesel ngajak lu ngobrol. I think we can be good friends."

Itu sebuah pujian atau ejekan? "Thank you, I guess," balas Safi ragu dan seketika suasana di antara mereka kembali canggung.

"Kalo lu gimana? Sendirian aja datang ke sini?" Safi bertanya balik.

Tyler menatap perempuan yang duduk di depannya. "Gue sendiri. Tapi kalo lain kali, kayaknya gue tahu mau ngajak siapa buat jadi date gue."

Tidak bertanya lebih lanjut, Safi hanya mengangguk mengerti saja jawaban Tyler. "Gue jamin Saf, lu gak akan gue tinggalin kalo jadi date gue."

"Gue gak masalah ditinggal juga." Safi meneguk minumannya perlahan. Cocktail itu lumayan membakar tenggorokannya. "Clausius nyogok gua pake Birkin."

"Women and their bags." Tyler berkomentar layaknya itu adalah hal yang sering didengarnya. Safi menjentikkan jarinya mengiyakan komentar Tyler.

aficionadoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang