chapter 17

6.1K 570 9
                                    

Guys before you start reading, aku ada sedikit revisi ya. Sandra itu sepupu Tyler dari mamanya. Papanya Sandra itu adik mamanya Tyler. Di chapter kemarin kebalik aku bikinnya, udah aku benerin kok sekarang. Sorry for the inconvenience, and thank you for enjoying my story!

--

Menurut ajaran si love guru, aturan firsts dalam berhubungan itu berpusat pada angka 3-5-9. First kiss on the third date, first make-out on the fifth date, and get laid on the ninth date. Namun kasus Safi berbeda. Urutannya berubah total semenjak Tyler menciumnya pada so-called 'second date' dan untuk sisanya, siapa tahu urutannya ikutan berubah menjadi di hari yang sama.

--

Tawa manja dan desahan sensual menggema di private lift kediaman Safi. Untungnya perempuan itu tinggal di penthouse yang memiliki akses lift pribadi sehingga tidak seorang pun mengetahui bahwa ada sepasang kekasih sedang melakukan make-outdengan sangat panas di dalam ruangan sempit itu.

Pintu lift terbuka dan Tyler langsung mendorong Safi keluar dengan bibir masih senantiasa menempel pada leher perempuannya. Make-out never felt this good. Safi mendesah pelan sebelum akhirnya bibirnya dibungkam dengan ciuman Tyler yang memabukkan. Astaga ia begitu menyukai permainan Tyler yang suka menggoda lidahnya sebelum melancarkan ciuman yang lebih dalam. Suara decakan bibir akibat kegiatan panas itu membuat tubuh Safi memanas akan gairah.

Betis Safi ikutan merasa basah dan geli. Perempuan itu melirik ke bawah dan baru ingat ada dua makhluk berkaki empat yang menonton aktivitas mereka semenjak pintu lift nya terbuka. Mako dan Camo mengendus kaki Safi dan sesekali menyentuhkan hidungnya ke betis sang pemilik dengan sorot mata bingung dan sayu.

"Babe, wait," bisik Safi buru-buru kepada Tyler yang kembali bermain di daerah sekitar telinganya. Tangannya menahan dada Tyler seakan meminta pria itu untuk menghentikan kegiatannya.

"Hm? Ada apa?" Suara Tyler berat, seakan enggan diganggu. Ia menggigit telinga Safi pelan.

"We have audiences. Mending pindah ke kamar." Tyler menjauhkan wajahnya dari Safi dan melihat ke arah dua anjing itu.

"With all respect, they're dogs, Saf," erang Tyler tidak terima.

"Shh, be good." Safi mengindahkan protes dari Tyler dengan menggenggam erat tangan pria itu kemudian menyeretnya menuju kamar utama–kamarnya.

"My mom would kill me." Safi terkekeh saat mereka masuk ke dalam kamar. Dari jaman ia masih SD, mami nya selalu melarang dirinya mengajak pria masuk ke dalam kamar. Well, sedikit banyak ia mengerti alasannya. Rules are made to be broken. Sekali-kali melanggar tidak menjadi masalah.

Tyler menutup pintu sebelum Mako dan Camo masuk. Ia berbalik badan dan memeluk Safi erat. "Sorry tante. But I love her daughter so much." Pria itu mendorong Safi ke atas ranjang dan terjadilah apa yang seharusnya terjadi malam itu.

--

Safi merasakan beban di pinggangnya di detik ia membuka mata. Ini kamarnya–terlihat dari nakas hitam dan jam digital kecil yang senantiasa ia lihat setiap pagi– dan ia mengingat dengan jelas apa yang barusan ia lakukan tadi malam. Sebuah senyuman merekah dengan malu-malu.

Who said Safi got laid? Kenyataannya mereka hanya melakukan sesi make-out dan tidur bersama sambil berpelukan. Tidur dalam artian sesungguhnya karena keduanya merasa mengantuk dan kelelahan.

Dengan gerakan perlahan berusaha tidak mengganggu tidur sang pria, perempuan itu berbalik badan dan matanya langsung disuguhi wujud Tyler yang tertidur dengan lelapnya. Nafasnya teratur dan raut wajahnya tampak begitu damai. Kemeja dengan dua kancing paling atas terbuka dan rambut acak-acakan akibat perbuatan mereka semalam nyatanya tidak mengurangi kadar ketampanan pria itu, malah sebaliknya, Tyler tampak lebih hot dan menggoda.

aficionadoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang