chapter 14

6.2K 583 8
                                    

"I'm being emotional. Kamu pasti kaget. Sorry, women and their PMS."

Itu adalah alasan klise yang semalam dilontarkan Safi untuk menjelaskan perilaku anehnya kepada Tyler. Sampai saat ini ia masih menyesali kenapa ia harus sedramatis itu.

Astaga gue freak banget! Safi meringis sendiri.

Suara lengkingan anjing membuat Safi menoleh ke samping dan menatap Mako dan Camo yang duduk manis meminta perhatiannya. Makhluk berkaki empat itu dengan manja menempelkan kepalanya di paha Safi.

"Mako, Camo, asli mami cringe banget. Malu." Safi memeluk kedua makhluk totol-totol kesayangannya erat. Ia menyembunyikan wajahnya di balik punggung tegak Mako. Bisa unsave tidak sih ingatannya, rasanya Safi mau menghilang saja ke ujung dunia.

Reka ulang akan apa yang terjadi semalam. Setelah mengungkapkan alasan teraneh yang pernah dibuatnya, Tyler menyuruh Safi melanjutkan makan nasi goreng yang mereka tinggalkan. Rasa nasi goreng dingin di suasana amat canggung itu sungguh terasa enak di lidah Safi yang sudah salah tingkah akibat perbuatannya.

Menangis deras di pelukan Tyler tanpa ada kejadian yang berarti? Hei ini kali pertama dia berkunjung dan sudah membuat sebuah peristiwa mencengangkan!

Safi berpikir apa yang ada di benak Tyler ketika mengantarnya pulang semalam. Seribu satu skenario bermunculan di otak Safi. Apakah pria itu menyesal telah mengajaknya pacaran? Apakah sekarang pandangan pria itu berubah kepadanya?

Semuanya pikiran-pikirannya sirna ketika kendaraan itu berhenti di lobby dan jemari Tyler memegang erat tangan Safi. Dengan kedua mata coklat yang tersamarkan gelapnya malam, Safi dapat melihat kesungguhan di mata prianya. Tyler tampak khawatir dan terluka? Entahnya dia tidak bisa mendefinisikan arti dari pandangan itu.

"Aku ada disini kalau kamu perlu temen cerita," ujarnya sebelum melayangkan pelukan hangat yang sampai sekarang masih berkesan untuk Safi.

--

"Geblek!"

Safi mencebik mendengar komentar Amary setelah ia menceritakan kejadian semalam. Baru kali ini ia menganggap wajah Amary yang sedang tertawa di layar iPad itu mengesalkan. Perempuan berambut biru itu sepertinya sedang bersiap-siap untuk sebuah acara, terlihat bagaimana pipinya sedang dipoles sedemikian rupa agar tampak flawless.

"Saf menurut gue jiwa kepo lu itu harus dikontrol sih," tegur Amary setelah menyelesaikan tawanya.

"Tapi dia kan pacar gue. Masa gue gak dikasih tau sih keluarganya kayak apa."

Amary berdecak. "Yaelah, emang lu pacaran sama dia udah berapa lama sih? Satu bulan? Kayaknya belom sampe. Take it slow Saf. Gak semua orang langsung terbuka kayak lu."

"Mungkin dia emang gak mau cerita tentang keluarganya. Mungkin dia nganggep itu sesuatu yang lu gak harus tahu. Mungkin emang lu sama dia belum sedeket. We don't know. Lu jangan ambil kesimpulan sampe nangis-nangis gitu dong. Malu-maluin gue aja sebagai love coach lu," lanjutnya penuh wejangan.

"Ya kan gua kebawa suasana. Gue udah denger semua ceritanya dari sepupu Tyler, tapi gue mau denger langsung dari dia. Kecewa lah gue jadinya pas dia bilang gak ada yang bisa dia kasih tau tentang keluarganya," jelas Safi.

"Saf menurut gue ada baiknya lu tunggu dia sendiri yang ngomong ke lu masalah ini. Nanyain hal sensitif ke orang ketiga, walaupun keluarga ya, menurut gue kurang tepat soalnya ini kan privacy si Tyler juga. Gue tau lu mau nunjukin kalo lu itu pacar yang pengertian dan mau berbagi beban, tapi sorry to say, menurut gue both of you are escalating too fast."

aficionadoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang