Safi menimang-nimang undangan berwarna merah maroon itu di tangannya. Untuk kesekian kalinya, ia membaca kembali tulisan timbul berwarna emas yang tertera di undangan tersebut.
Liam Narendra Sutjipto and Clarissa Yunardi
Safi tidak akan mengelak kalau ada sedikit bagian hatinya yang merasa tercubit ketika mendapatkan undangan itu. Bukan sebuah rahasia umum kalau seorang Naren mati-matian mengejarnya ketika SMA dan Safi mati-matian pula menolaknya dengan alasan kalau pria itu bukanlah tipenya. Satu hal yang masih ia sesali sampai saat ini.
Andaikan Safi tahu kalau sepuluh tahun kemudian Liam Narendra—yang saat SMA berbadan gemuk dan sering dibully itu—berubah menjadi seorang CEO sebuah perusahaan start-up di bidang finansial dengan bodi serupa dengan patung Yunani, ia tidak akan berpikir dua kali untuk menerima perasaan pria itu.
Safi mengalihkan pandangannya kepada Mako yang sedang menatapnya iba dari bawah meja. Dengan segera ia meletakkan karton tebal itu dan tersenyum gemas begitu si anak bulu menyenderkan kepala di pahanya.
"Mako tau aja deh mami perlu penghiburan." Safi mengelus kepala Mako dengan sayang.
Perempuan itu kemudian menghela nafasnya lagi. Ia mensejajarkan pandangan dengan Mako kemudian berkata, "Ternyata ini toh rasanya ditinggal kawin orang yang dulunya ngejar-ngejar kita. Berasa aneh ya walaupun dulu mami gak mau sama dia."
Di usianya yang hampir menginjak tiga puluh, mendapatkan undangan pernikahan dari teman-teman seusianya adalah hal yang lumrah. Bahkan dalam seminggu ini, ia sudah mendapatkan tiga undangan berbeda. Yang seringkali menjadi topik permasalahan adalah, dengan siapa dia harus menghadiri undangan-undangan tersebut?
Safi sekali lagi hanya dapat menghela nafasnya dalam. Ia kembali bertanya dalam hatinya. Apakah ia benar-benar membutuhkan seorang pria sebagai pendampingnya? Atau perasaan ini hanyalah sebatas rasa iri kepada teman-temannya yang sudah berpasangan?
Well, Safi jelas termasuk ke dalam kategori wanita independen yang menganggap bahwa ia bisa menguasai dunia dengan tangannya sendiri tanpa sokongan orang lain. Anggap saja ia feminis, tapi ia sangat menentang keras kalau kodrat seorang wanita adalah di dapur dan mengurus anak.
Kembali ke pertanyaan utama. Apakah seorang Sapphire Ixora Ganendra menginginkan sebuah pernikahan?
Beberapa kali terjerumus ke dalam hubungan tidak sehat dengan banyak pria membuatnya enggan untuk memberi kesempatan bagi pria lain masuk ke dalam hatinya. Menikah adalah sebuah opsi yang ia tempatkan di urutan belakang masalah hidupnya. Anehnya akhir-akhir ini takdir seolah mempermainkannya sampai ia terlibat dengan Tyler. Ia jadi penasaran tentang kebenaran dari kalimat Clausius satu minggu yang lalu di mobil itu.
"Antara dia serius suka sama lu, atau dia tipe paling brengsek dari semua predator darat yang ada di bumi ini."
Tyler Candranata suka dengannya? Safi menunjukkan senyum mencemooh, namun ia tidak dapat memungkiri kalau ada kupu-kupu beterbangan ketika ia membayangkan hal itu. Sebagai seorang yang tidak mempercayai cinta dalam pandangan pertama, opsi tersebut adalah hal yang tidak masuk akal bagi Safi. Demi Tuhan, mereka bahkan tidak saling mengenal satu sama lain secara personal.
Berbekal rasa penasaran dan keberanian yang lumayan tinggi, Safi memutuskan untuk membuktikan salah satu dari kemungkinan-kemungkinan itu. Tangannya sibuk mencari nama seseorang di ratusan chat di aplikasi WhatsApp nya.
Me
Ty, I need a date. Lu free gak sabtu depan?--
"Open admirer paling sableng lu married tuh minggu depan. Nyesel gak, dulu nyia-nyiain cowok kayak Naren?" Amary duduk dengan melipat kakinya sembari menatap Safi yang tampaknya sedang sibuk sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
aficionado
RomanceSiapa yang tidak mengenal Sapphire Ixora Ganendra? Perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu sudah dua tahun berturut-turut masuk ke dalam jajaran Forbes 30 Under 30 berkat kesuksesan perusahaan produsen makanan hewan miliknya. Ia juga seorang so...