Apa sebenarnya yang sedang dirasakan Safi sekarang?
Ia tidak senang, tidak sedih juga. Marah dan cemburu juga tidak. Buat apa cemburu kepada orang yang sudah berbeda alam dengannya? Rasanya aneh, ketika kamu mengetahui laki-laki yang selama ini menjadi pacarmu ternyata diam-diam masih belum bisa melepaskan masa lalunya. Tyler memang mencintainya, tapi itu bukan berarti ia tidak mencintai Nana.
Setelah berpisah dengan Narendra dan Lisa di lobi apartment nya, Safi tidak menyia-nyiakan satu detik pun untuk naik ke griya tawangnya. Hari itu baru menunjukkan pukul 2 siang, tapi rasanya Safi lelah sekali. Kepalanya terasa penuh dan menjemukan. Ia kini bimbang akan keputusannya. Di satu sisi, ia tidak rela berpisah dengan Tyler, tapi di sisi lain ia tidak tahan apabila harus hidup dalam bayangan orang lain. Ia kasihan kepada pria itu, tapi ia lebih mementingkan well-being dirinya sendiri.
"Halo Saf? Kalo lu telfon ngomong halo gitu kek!"
Suara ketus itu membuat Safi menunduk menatap handphone nya. Perempuan itu mengerjapkan mata beberapa kali sebelum menyadari bahwa tangannya sudah melakukan panggilan kepada Amary.
"I need you, Amary. Please, dateng ke penthouse gue ya. Bawa bir jangan lupa."
--
Clakk csss..
Safi membuka kaleng bir yang dibawa Amary lalu menenggaknya tanpa ragu. Di hadapannya, Amary tampak memandang teman baiknya dengan tatapan prihatin.
"Masih siang, pelan-pelan minumnya," ucap Amary ngeri begitu Safi langsung menghabiskan satu kaleng bir dalam waktu singkat.
"Menurut lu, gue harus gimana?" Safi memandang Amary dengan sorot mata frustasi.
"Gue tau kenapa Tyler benci ulang tahunnya. Alasan kenapa dia menghindari gue, ya karena dia gak mau gue ganggu kenangan dia sama perempuan itu." Safi berlinangan air mata sambil terus meneguk birnya. "Apa gue harus ngalah aja, sama perempuan yang bahkan gak ada lagi fisiknya disini?"
Amary menarik Safi untuk duduk di sofa ruang tamunya. Ia masih kurang memahami konteks yang dimaksud Safi. "Maksud lu apa Saf? Cewek mana?"
Mau tidak mau Safi menceritakan semuanya. Dari bagaimana kejutan ulang tahun malam itu berakhir gagal, penemuannya tentang Nana dan terakhir ketika ia berkunjung ke makam perempuan itu. "I don't know what to do."
"Ini semua dia yang bilang ke lu atau lu aja yang nyimpulin sendiri?" tanya Amary. Masalah yang sedang mereka hadapi ini lumayan berat, alangkah baiknya kalau itu semua bukanlah sebuah kesalahpahaman.
"I saw her pictures all over his house. Gue udah denger ceritanya dari Lisa. Tyler? Dia bahkan gak mau cerita sama gue. Dia anggep gue kayaknya bukan seseorang yang penting buat dia cerita masa lalunya." Safi membuka kaleng keduanya.
Tangan Amary menyetop tangan Safi yang membawa kaleng bir berwarna silver itu ke mulutnya. Tidak terima, Safi menatap Amary dengan tatapan galak. Tapi perempuan berambut sandy brown hair itu membalasnya dengan tatapan sabar.
"Semua orang punya masa lalu, Saf. Mungkin it's not the time yet. Atau mungkin Tyler nganggep itu hal yang lu gak perlu tahu. Sometimes ya Saf, it's not always communication that is important in a relationship. Mutual understanding is. Lu bisa komunikasiin semua yang lu mau, tapi belum tentu pasangan lu mau mengerti lu. Makanya, I think you need to hear this story from his perspective. Bisa aja dia takut kalo dia ngomong, lu bakal turn-off sama dia. Nobody knows."
--
Bulan di kalender sudah berganti. Safi terbangun karena alarm nya yang berbunyi entah dari berapa menit yang lalu. Mako dan Camo sudah duduk dengan kepala sejajar wajahnya yang ia rebahkan di atas bantal sofa. Dengan kepala berdenyut dan rasa mengantuk, Safi meraih handphone nya yang ada di sebelah bantal untuk mematikan alarm.
![](https://img.wattpad.com/cover/298836769-288-k575642.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
aficionado
RomanceSiapa yang tidak mengenal Sapphire Ixora Ganendra? Perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu sudah dua tahun berturut-turut masuk ke dalam jajaran Forbes 30 Under 30 berkat kesuksesan perusahaan produsen makanan hewan miliknya. Ia juga seorang so...